Bercerita Gaya Hidup Dalam Bahasa Indonesia
Kadang-kadang saya suka juga membaca majalah. Biasanya kalau sedang menunggu teman di tempat-tempat makan di ibu kota tercinta ini, saya sering mengambil dan membaca majalah yang disediakan di sana. Secara umum tempat-tempat makan itu menyediakan pilihan majalah yang kurang lebih sama, yang membahas tentang gaya hidup kota metropolitan gitu deh.
Gaya hidup metropolitan? Maksud saya gaya hidup golongan B+ ke atas begitu :p Mengapa saya hampir selalu memilih majalah yang 'bukan gue banget' gitu? Well..saya juga butuh menghayal toh.. Siapa tau 5 tahun yang akan datang saya adalah the talk of the town karena tiap bulan selalu menenteng Birkin bag baru *ngayal bebong*
Anyway suatu siang saya memutuskan Harper's Bazar untuk menjadi pilihan, terbitan bulan January 2010. Saya nggak pernah ngefans sama majalah ini. Bahkan sejujurnya dalam satu tahun bisa jadi saya pegang majalah ini (pegang doang ya) hanya kurang dari 3 kali hehehe... Jujur nih ya..kalo ada pilihan lainnya saya pasti lebih milih ambil majalah yang ada seorang mantan pemain sinetron di jajaran redakturnya. Saya selalu penasaran apa yang bisa dihasilkan olehnya secara, mohon maaf, saya masukkan dia dalam kategori air-headed woman dalam banyak hal tapi sangat cerdas dan beruntung dalam hal-hal lain.
Mungkin Harper's terpilih karena VB jadi model sampulnya, atau mungkin juga karena saya sedang rindu majalah gaya hidup jetset yang pake bahasa Indonesia. It was interesting at the beginning. Ya iyalah secara tahap pertama saya hanya memeriksa foto-fotonya. Ada David Gandy un-shirt, ada daftar 10 designer baru yang sedang naik daun (bagian paling menarik), ada info jalan-jalan ke Maroko, dsb.
Berhubung teman saya masih agak lama datangnya jadi saya meneruskan penelusuran di majalah itu dengan membaca artikel-artikelnya. Dan di sinilah dimulai kekecewaan saya. Setahu saya ada seseorang di akhir proses produksi majalah yang bertugas melakukan pengecekan terhadap tata bahasa ya. Apa ya namanya orang yang mengedit itu, editor? :p
Aduh aduh itu majalah bener-bener nggak konsisten mau pake bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Serba tanggung gitu. Bahkan ada beberapa kata yang berasal dari bahasa inggris yang kemudian diindonesiakan mentah-mentah, dan janggal pula pemakaiannya. Kata-kata konyol semacam 'dunia entertain' dan semacamnya juga dipakai. Hello.... Ini Harper's Bazzar Indonesia gitu loh, bukan selebriti sinetron Indonesia sedang menuliskan hasil wawancaranya!
Maaf ya Bazzar, terbitan January 2010 anda betul-betul mengecewakan. Saya juga bukan pemakai bahasa Indonesia yang sempurna untuk masuk kualifikasi sebagai 'editor' tapi ya kesalahan bahasa majalah anda terlalu fatal sih untuk memenuhi harapan sesuai 'kelas' yang dijual. I really do not expect that low quality. However my credit goes to Budi Basuki karena dia menulis dengan konsisten antara kedua bahasa yang saya sebutkan di atas. Dan dia satu-satunya penulis di edisi tersebut yang memakai pengistilahan dengan tepat.
Karena kasus Bazzar itu tadi, saya akhirnya memutuskan untuk menyempatkan diri mengamati beberapa majalah franchise dari luar negeri. Baiklah, mari kita menuju kepada Cosmopolitan. Surprisingly dari beberapa edisi yang saya baca, mereka jauh lebih baik dari pada Bazzar. High End, Seventeen, dll ya...begitulah..memberikan kekecewaan yang kurang lebih sama dengan Bazzar gitu. Tapi tetep lumayanlah dari beberapa sample yang saya baca. Maaf ya saya nggak masukin sample majalah untuk segmentasi remaja, sakit mata bacanya :p
Walaupun sample saya tidak banyak, sebetulnya penemuan kecil ini cukup membuat saya bertanya-tanya: apakah sesulit itu menggunakan bahasa Indonesia? Soalnya begini ya, saya baca beberapa edisi Rolling Stone Indonesia dan mereka menulis dengan sangat baik dalam bahasa Indonesia. Jangan-jangan membahas musik dalam bahasa Indonesia memang lebih mudah daripada membahas gaya hidup? Mungkin begitu ya.... :)))
Akhirul kalam, bravo Rolling Stone Indonesia!!! Eh jangan sampai menurun kualitas penulisannya ya :D
Gaya hidup metropolitan? Maksud saya gaya hidup golongan B+ ke atas begitu :p Mengapa saya hampir selalu memilih majalah yang 'bukan gue banget' gitu? Well..saya juga butuh menghayal toh.. Siapa tau 5 tahun yang akan datang saya adalah the talk of the town karena tiap bulan selalu menenteng Birkin bag baru *ngayal bebong*
Anyway suatu siang saya memutuskan Harper's Bazar untuk menjadi pilihan, terbitan bulan January 2010. Saya nggak pernah ngefans sama majalah ini. Bahkan sejujurnya dalam satu tahun bisa jadi saya pegang majalah ini (pegang doang ya) hanya kurang dari 3 kali hehehe... Jujur nih ya..kalo ada pilihan lainnya saya pasti lebih milih ambil majalah yang ada seorang mantan pemain sinetron di jajaran redakturnya. Saya selalu penasaran apa yang bisa dihasilkan olehnya secara, mohon maaf, saya masukkan dia dalam kategori air-headed woman dalam banyak hal tapi sangat cerdas dan beruntung dalam hal-hal lain.
Mungkin Harper's terpilih karena VB jadi model sampulnya, atau mungkin juga karena saya sedang rindu majalah gaya hidup jetset yang pake bahasa Indonesia. It was interesting at the beginning. Ya iyalah secara tahap pertama saya hanya memeriksa foto-fotonya. Ada David Gandy un-shirt, ada daftar 10 designer baru yang sedang naik daun (bagian paling menarik), ada info jalan-jalan ke Maroko, dsb.
Berhubung teman saya masih agak lama datangnya jadi saya meneruskan penelusuran di majalah itu dengan membaca artikel-artikelnya. Dan di sinilah dimulai kekecewaan saya. Setahu saya ada seseorang di akhir proses produksi majalah yang bertugas melakukan pengecekan terhadap tata bahasa ya. Apa ya namanya orang yang mengedit itu, editor? :p
Aduh aduh itu majalah bener-bener nggak konsisten mau pake bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Serba tanggung gitu. Bahkan ada beberapa kata yang berasal dari bahasa inggris yang kemudian diindonesiakan mentah-mentah, dan janggal pula pemakaiannya. Kata-kata konyol semacam 'dunia entertain' dan semacamnya juga dipakai. Hello.... Ini Harper's Bazzar Indonesia gitu loh, bukan selebriti sinetron Indonesia sedang menuliskan hasil wawancaranya!
Maaf ya Bazzar, terbitan January 2010 anda betul-betul mengecewakan. Saya juga bukan pemakai bahasa Indonesia yang sempurna untuk masuk kualifikasi sebagai 'editor' tapi ya kesalahan bahasa majalah anda terlalu fatal sih untuk memenuhi harapan sesuai 'kelas' yang dijual. I really do not expect that low quality. However my credit goes to Budi Basuki karena dia menulis dengan konsisten antara kedua bahasa yang saya sebutkan di atas. Dan dia satu-satunya penulis di edisi tersebut yang memakai pengistilahan dengan tepat.
Karena kasus Bazzar itu tadi, saya akhirnya memutuskan untuk menyempatkan diri mengamati beberapa majalah franchise dari luar negeri. Baiklah, mari kita menuju kepada Cosmopolitan. Surprisingly dari beberapa edisi yang saya baca, mereka jauh lebih baik dari pada Bazzar. High End, Seventeen, dll ya...begitulah..memberikan kekecewaan yang kurang lebih sama dengan Bazzar gitu. Tapi tetep lumayanlah dari beberapa sample yang saya baca. Maaf ya saya nggak masukin sample majalah untuk segmentasi remaja, sakit mata bacanya :p
Walaupun sample saya tidak banyak, sebetulnya penemuan kecil ini cukup membuat saya bertanya-tanya: apakah sesulit itu menggunakan bahasa Indonesia? Soalnya begini ya, saya baca beberapa edisi Rolling Stone Indonesia dan mereka menulis dengan sangat baik dalam bahasa Indonesia. Jangan-jangan membahas musik dalam bahasa Indonesia memang lebih mudah daripada membahas gaya hidup? Mungkin begitu ya.... :)))
Akhirul kalam, bravo Rolling Stone Indonesia!!! Eh jangan sampai menurun kualitas penulisannya ya :D
0 Comments:
Post a Comment
<< Home