<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d9640075\x26blogName\x3dthis+is+about+ME+and+me\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nanaworld.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nanaworld.blogspot.com/\x26vt\x3d-8684301165100716096', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Tuesday, June 01, 2010

Expecting the Unreachable

Manusia dianugerahi dengan berbagai macam kemampuan, salah satunya adalah berkhayal. Saya beruntung karena pada saat membagi daya khayal, Tuhan memberikan kepada saya daya khayal yang sangat spesifik, yang berpotensi mengelabui kesadaran. Yes, it’s me…the queen of drama! :p

Saya sih nggak bodoh bodoh amat ya, ngerti kok bagaimana cara membedakan khayalan dan realita. Tenang.. tes kewarasan saya masih menunjukkan hasil yang baik kok. Hanya memang kadang saya pengen menjalani khayalan saja dari pada realita. It feels so good because in that world, I can control everything *banci atur jaya*

Entah ini dari bakat-bakat drama saya atau ini hanya sekedar drive yang sangat kuat untuk mendapatkan yang saya inginkan, I am in love with a totally wrong person. Tau sih dari sejak awal kalo dia masuk ke dalam restricted area to be loved, tapi apa daya faktor eksternal untuk mendorong saya teguh pada pendirian dan menunggu mengalahkan segala logika.

Masih bagus kalo pas ngejalaninnya saya baik-baik saja, datar dan sedikit menyenangkan. Ini sih fluktuasi emosinya terkadang di luar kendali. Some closest friends sudah pernah bilang untuk move on with my life and I deserve better. Ttapi entah kenapa ya saya sangat keras kepala untuk bertahan. Untuk sementara ini biarlah, toh saya sudah menghitung semua resikonya dan bisa menjalani sisa hidup saya dengan berbahagia dengan khayalan ini. Percaya deh, saya tidak menangis *tepu*

Bodoh ya… :p

1 Comments:

Anonymous Anonymous said...

Cinta itu tidak memakai logika.

10:31 AM  

Post a Comment

<< Home