Menikmati Hari Ini
25 menit sebelum jam resmi harus mulai bekerja, ada e-mail masuk dari stranger. Entah siapa orang itu, yang jelas alamat e-mail yang dipakai mengindikasikan dia bekerja di sebuah lembaga antar bangsa. Jadi mestinya saya bertemu dia entah dimana kapan dan untuk urusan apa, yang jelas pasti ada hubungannya dengan pekerjaan.
Isi surat elektronik itu adalah sesuatu yang sebenarnya bisa dibilang nggak ada hubungannya sama urusan pekerjaan. Tapi nggak tau kenapa setelah baca kok saya malah berfikir tentang kerjaan, urusan kantor, karir *tsah, kehidupan sosial, dan sebagainya.
Betapa cepatnya cara saya menjalani hidup. Ibaratnya kereta memang belum masuk jenis Shinkansen, tapi kalo dimasukin dalam kategori TGV udah bisalah. Paling enggak dalam 10 tahun belakangan ini, rasanya waktu belalu dengan cepat and here I am sitting in this office, writing, feeling more eeerrr old (?) ahem mature *huek* :p
Saya pergi ke banyak tempat, bertemu banyak orang, membicarakan banyak hal. Itu semua untuk urusan pekerjaan. Semua urusan perjalanan saya ada yang mengatur, kapan pergi kapan kembali, mau bertemu siapa dan berapa lama, mau menginap di mana dan selanjutnya di mana, jam berapa akan dijemput atau harus berangkat sendiri, dan sebagainya. Sangat jarang sekali saya harus mengalami masa idle nggak jelas mau ngerjain apa. Saya selalu tahu akan melakukan apa setelah sebuah item kegiatan selesai dilakukan. Segala sesuatu yang terjadi selalu terkait dengan jadwal.
Dan saya menadi gelisah ketika hal-hal di luar pekerjaan terjadi dalam pola yang tidak beraturan. Saya terobsesi kepada planning. Setiap kegiatan dilakukan untuk menuju tahapan selanjutnya. Saya harus tahu akan menuju ke mana. Dan sering kali saya mau orang di sekitar juga melakukan hal yang sama.
Saya lupa bahwa pada semua hal yang terjadi saya bersentuhan dengan manusia lain, dan hal-hal lain yang sedang terjadi pada saat bersamaan. Saya lupa merasakan apa yang sedang terjadi, mentoleransi hal-hal yang tidak bisa dikontrol, dan terlebih lagi berhenti mengontrol.
Dan hari ini saya bertanya, sejak kapan semuanya menjadi begitu cepat. Saya tidak bisa menyimpan ingatan acak yang muncul atas sebuah momen dalam jangka waktu yang cukup lama. Cobalah tanya sebuah kejadia dari perspektif rasa, mungkin sekarang saya ingat tapi pasti kali lain saya bahkan tidak ingat sama sekali kalo kejadian itu pernah ada. Rupanya otak saya pun sudah bekerja dengan kecepatan dan sistem yang ajaib dan hanya ada satu-satunya di dunia ini. Saya tidak menyimpan apapun yang berhubungan dengan perasaan, karena saya terpaku kepada tahapan dan jadwal.
Saya ingin belajar untuk merasakan apa yang terjadi. Pelan-pelan saja, lagian apa lagi sih yang mau saya kejar? Rasanya sudah cukup banyak tujuan kasat mata yang telah saya datangi. Mungkin sekarang saatnya memperkaya makna dari apa yang sedang saya jalani.
Jadi, apakah perlu saya pindah tempat tinggal untuk terus memuaskan hasrat 'mengalami'?
Isi surat elektronik itu adalah sesuatu yang sebenarnya bisa dibilang nggak ada hubungannya sama urusan pekerjaan. Tapi nggak tau kenapa setelah baca kok saya malah berfikir tentang kerjaan, urusan kantor, karir *tsah, kehidupan sosial, dan sebagainya.
Betapa cepatnya cara saya menjalani hidup. Ibaratnya kereta memang belum masuk jenis Shinkansen, tapi kalo dimasukin dalam kategori TGV udah bisalah. Paling enggak dalam 10 tahun belakangan ini, rasanya waktu belalu dengan cepat and here I am sitting in this office, writing, feeling more eeerrr old (?) ahem mature *huek* :p
Saya pergi ke banyak tempat, bertemu banyak orang, membicarakan banyak hal. Itu semua untuk urusan pekerjaan. Semua urusan perjalanan saya ada yang mengatur, kapan pergi kapan kembali, mau bertemu siapa dan berapa lama, mau menginap di mana dan selanjutnya di mana, jam berapa akan dijemput atau harus berangkat sendiri, dan sebagainya. Sangat jarang sekali saya harus mengalami masa idle nggak jelas mau ngerjain apa. Saya selalu tahu akan melakukan apa setelah sebuah item kegiatan selesai dilakukan. Segala sesuatu yang terjadi selalu terkait dengan jadwal.
Dan saya menadi gelisah ketika hal-hal di luar pekerjaan terjadi dalam pola yang tidak beraturan. Saya terobsesi kepada planning. Setiap kegiatan dilakukan untuk menuju tahapan selanjutnya. Saya harus tahu akan menuju ke mana. Dan sering kali saya mau orang di sekitar juga melakukan hal yang sama.
Saya lupa bahwa pada semua hal yang terjadi saya bersentuhan dengan manusia lain, dan hal-hal lain yang sedang terjadi pada saat bersamaan. Saya lupa merasakan apa yang sedang terjadi, mentoleransi hal-hal yang tidak bisa dikontrol, dan terlebih lagi berhenti mengontrol.
Dan hari ini saya bertanya, sejak kapan semuanya menjadi begitu cepat. Saya tidak bisa menyimpan ingatan acak yang muncul atas sebuah momen dalam jangka waktu yang cukup lama. Cobalah tanya sebuah kejadia dari perspektif rasa, mungkin sekarang saya ingat tapi pasti kali lain saya bahkan tidak ingat sama sekali kalo kejadian itu pernah ada. Rupanya otak saya pun sudah bekerja dengan kecepatan dan sistem yang ajaib dan hanya ada satu-satunya di dunia ini. Saya tidak menyimpan apapun yang berhubungan dengan perasaan, karena saya terpaku kepada tahapan dan jadwal.
Saya ingin belajar untuk merasakan apa yang terjadi. Pelan-pelan saja, lagian apa lagi sih yang mau saya kejar? Rasanya sudah cukup banyak tujuan kasat mata yang telah saya datangi. Mungkin sekarang saatnya memperkaya makna dari apa yang sedang saya jalani.
Jadi, apakah perlu saya pindah tempat tinggal untuk terus memuaskan hasrat 'mengalami'?
2 Comments:
so.. so.. esok hari atau lusa nanti dah lupa ya kalau kita pernah bertemu sore ini :) thumb up
huuuuu...situ kan ngglibet ya mana bisa lupa :p
Post a Comment
<< Home