Sarapan Alias Break yang Fast
Si pacar tinggal di rumahnya yang geda yang garasinya bisa dipake main bola itu sendirian. Sayah tinggal di apartemen mungil yang mirip kamar kos yang diperlebar ini juga sendirian. Dulu waktu masih mudaan dikit (sekolah maksudnyah) kami berdua sama-sama anak kos. Dia memulai dari sejak SMP kalo saya mah dari kuliah ajah. Sekarang ini secara umur dan jenis tempat tinggal rasanya kami seharusnya bisa dikategorikan selesai dari tahapan kos. Tapi emang beneran begituh?
Kalo menurut sayah nih ya, si pacar itu sampai sekarang masih bisa dikategorikan sebagai anak kos abadi. Karena eh karena: DIA NGGAK SARAPAN DI RUMAH. Yak betul, itu adalah ultimate indicator of anak kos according to me, uhuy! *benerin kacamata ala waluh*
Sodara-sodara sebangsa dan setanah air, makan siang di luar itu biasa kalau anda bekerja di luar rumah. Makan malam di luar pun masih bisa dimaafkan kalau kantornya jauh. Tapi sarapan di rumah adalah hal yang sangat penting untuk membedakan apakah anda masih membawa mentalitas anak kos atau tidak dalam kehidupan orang dewasa yang sangat kejam ini *cih*
Sebenernya kalau ditilik dari indikator visual seharusnya saya lebih pas disebut sebagai anak kos sejati :p Ya iyalah, salah satu ciri anak kos itu kan tinggal di satu ruangan dimana segala sesuatu dilakukan di situ. Kamar mandi bisa sharing bisa sendiri sih dan dapur biasanya pasti sharing. Saya kan begituh.
Rumah mungil saya di sini (sekarang) terdiri dari sebuah ruangan luas yang dibagi menjadi beberapa sections. Sudut untuk duduk nonton TV dan bekerja, sudut tidur, sudut pantry dan dapur. Kamar mandinya nemplok di dekat pantry corner. Rumah dia kan bener-bener rumah dimana setiap fungsi kegiatan rumah tangga disediakan tempatnya dan dipasang pemisah berupa tembok. Haiyah sungguh deskripsi yang sangat ciamik :p
Mari kita liat pantry corner sayah dengan dapur dia. Secara saya punya itu cuma ada kulkas, microwave, sink, rak perabotan kecil sajah. Apa coba yang bisa dimasak dengan microwave? Eeeerrr banyak sbenernya, cuma saya aja yang nggak tau gmana caranya hihihi.. Kalo dapurnya si pacar pasti lengkap jaya. Ya eyalaaah rumah gitu loh.
Jadi jadi jadi kesimpulannya seharusnya kami memanfaatkan yang ada di dapur untuk mengurus diri sendiri. Anak kos itu sarapan di luar karena memang nggak bisa masak atau nyimpen makanan di kamar. Kami yang bisa melakukan kedua hal penting itu seharusnya sarapan di rumah. Sayah sudah mulai sarapan di rumah. Dia? Di kantor teuteup... memilih dari menu-menu andalan Nasrul hehehe..
Dengan bangga saya nyatakan bahwa saya hampir lepas dari attitude anak kos hihihi.. Mungkin sudah saatnya mendorong dia untuk sarapan di rumah. Kalau perlu makan malam juga di rumah. Atau meracuni dia untuk punya asisten rumah tangga lagi supaya rumah lebih diapresiasi sebagai home and not just a shelter?
Sungguh pembahasan yang sangat penting pagi ini :p
Kalo menurut sayah nih ya, si pacar itu sampai sekarang masih bisa dikategorikan sebagai anak kos abadi. Karena eh karena: DIA NGGAK SARAPAN DI RUMAH. Yak betul, itu adalah ultimate indicator of anak kos according to me, uhuy! *benerin kacamata ala waluh*
Sodara-sodara sebangsa dan setanah air, makan siang di luar itu biasa kalau anda bekerja di luar rumah. Makan malam di luar pun masih bisa dimaafkan kalau kantornya jauh. Tapi sarapan di rumah adalah hal yang sangat penting untuk membedakan apakah anda masih membawa mentalitas anak kos atau tidak dalam kehidupan orang dewasa yang sangat kejam ini *cih*
Sebenernya kalau ditilik dari indikator visual seharusnya saya lebih pas disebut sebagai anak kos sejati :p Ya iyalah, salah satu ciri anak kos itu kan tinggal di satu ruangan dimana segala sesuatu dilakukan di situ. Kamar mandi bisa sharing bisa sendiri sih dan dapur biasanya pasti sharing. Saya kan begituh.
Rumah mungil saya di sini (sekarang) terdiri dari sebuah ruangan luas yang dibagi menjadi beberapa sections. Sudut untuk duduk nonton TV dan bekerja, sudut tidur, sudut pantry dan dapur. Kamar mandinya nemplok di dekat pantry corner. Rumah dia kan bener-bener rumah dimana setiap fungsi kegiatan rumah tangga disediakan tempatnya dan dipasang pemisah berupa tembok. Haiyah sungguh deskripsi yang sangat ciamik :p
Mari kita liat pantry corner sayah dengan dapur dia. Secara saya punya itu cuma ada kulkas, microwave, sink, rak perabotan kecil sajah. Apa coba yang bisa dimasak dengan microwave? Eeeerrr banyak sbenernya, cuma saya aja yang nggak tau gmana caranya hihihi.. Kalo dapurnya si pacar pasti lengkap jaya. Ya eyalaaah rumah gitu loh.
Jadi jadi jadi kesimpulannya seharusnya kami memanfaatkan yang ada di dapur untuk mengurus diri sendiri. Anak kos itu sarapan di luar karena memang nggak bisa masak atau nyimpen makanan di kamar. Kami yang bisa melakukan kedua hal penting itu seharusnya sarapan di rumah. Sayah sudah mulai sarapan di rumah. Dia? Di kantor teuteup... memilih dari menu-menu andalan Nasrul hehehe..
Dengan bangga saya nyatakan bahwa saya hampir lepas dari attitude anak kos hihihi.. Mungkin sudah saatnya mendorong dia untuk sarapan di rumah. Kalau perlu makan malam juga di rumah. Atau meracuni dia untuk punya asisten rumah tangga lagi supaya rumah lebih diapresiasi sebagai home and not just a shelter?
Sungguh pembahasan yang sangat penting pagi ini :p
0 Comments:
Post a Comment
<< Home