Obsesi Terhadap Alat Transportasi
Mari kita singkirkan sejenak kekecewaan dan kemarahan terhadap kinerja Bang Kumis dan aparatnya dalam menangani masalah-masalah transportasi di Jakarta. Kita lihat diri kita dulu deh.
Rasanya seumur-umur gw jarang denger pernyataan dari orang yang gw kenal tentang milestones hidup yang tidak disertai dengan keinginan memiliki mobil. Yak betul mobil, bukan alat transportasi ya tapi mobil. Sangat sedikit banget yang nggak masukin mobil sebagai kunci sukses dalam hidupnya. Ada sih yang nggak secara eksplisit menyatakannya, tapi ya itu deh begitu ada uang apa lagi yangdibeli..ya mobil. Kadang-kadang bukan rumah duluan loh, tapi mobil.
Gw heran kenapa orang, hidup di Jakarta, sampai segitu terobsesinya dengan mobil. Menunjang mobilitas katanya sih.. Jadi gini setelah lulus kuliah, kerja di kantor, dapet gaji besar, kawin, punya rumah sendiri, mungkin punya anak dulu, terus beli mobil, terus udah deh gedein anak. Kalo istrinya kerja juga mungkin akan ada pembelian mobil yang kedua.
Well.. kalo ngomongin tentang tingkat keamanan di jalanan, polusi, kepadatan lalu lintas, dan ketidakbecusan pemerintah, gw gak tau sebenernya hal apa yang menjadi pemicu pertama permasalahan transportasi di Jakarta. Maklumlah gw nggak pernah belajar tentang ilmu transportasi :p
Tapi gini ya, dulu jalanan lapang, kemudian ekonomi meningkat, dan orang2 mulai membeli alat transportasi pribadi. Nah kegiatan ekonomi yang meningkat di Jakarta itu menarik minat orang2 untuk dateng kan, jadilah greater metropolitan Jakarta itu tercipta karena Jakartanya sendiri nggak mampu menampung orang2 yang bekerja di dalamnya. Nah lagi nih, orang2 yang tinggal dengan jarak agak jauh iut kan butuh transportasi untuk sampai ke tempat bekerjanya ya. Jadilah jumlah kendaraan umum menjadi meningkat pulak. Amprokan deh tuh kendaraan pribadi dan umum di jalanan Jakarta yang jumlahnya terbatas dan sistemnya acakadul. Mari kita tambahkan kedudulan pemerintah untuk mengatur sistem transportasi umum, lengkap sudah semua chaos di Jakarta.
Menurut gw fakta terakhir tentang kedudulan pemerintah itulah yang kemudian menjadi justifikasi orang untuk mengutamakan memiliki kendaraan pribadi, let it be mobil or motor. Catet ya: menjadi justifikasi, pembenar dan bukan penyebab! Saking lamanya kedudulan itu tidak ditangani, sampai pengutamaan punya mobil itu sudah menjadi obsesi punya mobil kalo menurut gw sih ya. I am witnessing one family with 5 cars: 1 for papa, 1 for mama, 1 each for 2 kids, 1 for eeerrr...reserve. Dan juga seperti yang gw bilang di atas, kayaknya semua temen gw kayak harus banget gitu untuk punya mobil sendiri atas nama mobilitas (pret deh!) atau keamanan (hayuuuk deh!). Maap maap kate ye, secara general menurut gw sih demi lambang status ajah.
Pengecualian adalah untuk keluarga yang punya anak kecil. Menurut gw sangat masuk akal kalo mama-papa pengen banget punya mobil sendiri. Supaya anak-anak terjamin keamanan dalam perjalanannya.
Coba kita liat deh tuh di jam pulang kantor di Jakarta, apa sih yang bikin macet? Mobil pribadi dan sekarang ditambah motor blangsak. So people, sambil kita mengutuk Bang Kumis yang belum juga menunjukkan keahliannya itu, yuk kita mengurangi obsesi membeli mobil pribadi. Pemerintah memang masih gagal ngeberesin sistemnya ya, tapi gw rasa mreka juga gak akan pernah berhasil kalo gak pernah ada gerakan dari masing-masing individu untuk bersikap realistis. Soalnya pemerintah susah mau bikin larangan kepemilikan mobil, terlalu banyak keruwetannya.
Bukan berarti jangan pernah punya mobil pribadi ya, cuma ngajak realistis gitu. Untuk para lajang di Jakarta dan bukan eksekutif, kayaknya nggak perlu deh pake mobil pribadi di hari kerja. Keluarga muda dengan anak kecil, sebisa mungkin adalah alat transportasi pribadi ya. Kalo bisa mobil gitu untuk keamanan dan kenyamanan anaknya. Pasangan muda tanpa anak, pikir2 dulu untuk punya mobil. Kalopun terpaksa harus ada demi "mobilitas bersama" cukup satu mobil aja ya.
Dan untuk yang lain-lainnya yang sudah terlanjur punya mobil pribadi, kalo hanya satu dalam satu rumah tangga sih masih oke. Punya dua dan dipake aktif semuanya well... dalam beberapa kasus masih bisa dibenarkan. Punya 3 dan dipake aktif semuanya, oh Tuhan ada 2 pilihan: antara anda orang yang sangat egois sekali atau anda super bodoh. Untuk yang punya lebih dari 3 dalam satu rumah tangga dan semuanya dipake aktif, tak ada kata lain yang bisa gw berikan kecuali: pindah tinggal aja sana keluar Jakarta. Kalo nggak mau pindah juga berarti gw harus bilang: may you are all rotten in hell.
Sekian dan terima kasih
*ditulis sambil nunggu jam macet berakhir*
Rasanya seumur-umur gw jarang denger pernyataan dari orang yang gw kenal tentang milestones hidup yang tidak disertai dengan keinginan memiliki mobil. Yak betul mobil, bukan alat transportasi ya tapi mobil. Sangat sedikit banget yang nggak masukin mobil sebagai kunci sukses dalam hidupnya. Ada sih yang nggak secara eksplisit menyatakannya, tapi ya itu deh begitu ada uang apa lagi yangdibeli..ya mobil. Kadang-kadang bukan rumah duluan loh, tapi mobil.
Gw heran kenapa orang, hidup di Jakarta, sampai segitu terobsesinya dengan mobil. Menunjang mobilitas katanya sih.. Jadi gini setelah lulus kuliah, kerja di kantor, dapet gaji besar, kawin, punya rumah sendiri, mungkin punya anak dulu, terus beli mobil, terus udah deh gedein anak. Kalo istrinya kerja juga mungkin akan ada pembelian mobil yang kedua.
Well.. kalo ngomongin tentang tingkat keamanan di jalanan, polusi, kepadatan lalu lintas, dan ketidakbecusan pemerintah, gw gak tau sebenernya hal apa yang menjadi pemicu pertama permasalahan transportasi di Jakarta. Maklumlah gw nggak pernah belajar tentang ilmu transportasi :p
Tapi gini ya, dulu jalanan lapang, kemudian ekonomi meningkat, dan orang2 mulai membeli alat transportasi pribadi. Nah kegiatan ekonomi yang meningkat di Jakarta itu menarik minat orang2 untuk dateng kan, jadilah greater metropolitan Jakarta itu tercipta karena Jakartanya sendiri nggak mampu menampung orang2 yang bekerja di dalamnya. Nah lagi nih, orang2 yang tinggal dengan jarak agak jauh iut kan butuh transportasi untuk sampai ke tempat bekerjanya ya. Jadilah jumlah kendaraan umum menjadi meningkat pulak. Amprokan deh tuh kendaraan pribadi dan umum di jalanan Jakarta yang jumlahnya terbatas dan sistemnya acakadul. Mari kita tambahkan kedudulan pemerintah untuk mengatur sistem transportasi umum, lengkap sudah semua chaos di Jakarta.
Menurut gw fakta terakhir tentang kedudulan pemerintah itulah yang kemudian menjadi justifikasi orang untuk mengutamakan memiliki kendaraan pribadi, let it be mobil or motor. Catet ya: menjadi justifikasi, pembenar dan bukan penyebab! Saking lamanya kedudulan itu tidak ditangani, sampai pengutamaan punya mobil itu sudah menjadi obsesi punya mobil kalo menurut gw sih ya. I am witnessing one family with 5 cars: 1 for papa, 1 for mama, 1 each for 2 kids, 1 for eeerrr...reserve. Dan juga seperti yang gw bilang di atas, kayaknya semua temen gw kayak harus banget gitu untuk punya mobil sendiri atas nama mobilitas (pret deh!) atau keamanan (hayuuuk deh!). Maap maap kate ye, secara general menurut gw sih demi lambang status ajah.
Pengecualian adalah untuk keluarga yang punya anak kecil. Menurut gw sangat masuk akal kalo mama-papa pengen banget punya mobil sendiri. Supaya anak-anak terjamin keamanan dalam perjalanannya.
Coba kita liat deh tuh di jam pulang kantor di Jakarta, apa sih yang bikin macet? Mobil pribadi dan sekarang ditambah motor blangsak. So people, sambil kita mengutuk Bang Kumis yang belum juga menunjukkan keahliannya itu, yuk kita mengurangi obsesi membeli mobil pribadi. Pemerintah memang masih gagal ngeberesin sistemnya ya, tapi gw rasa mreka juga gak akan pernah berhasil kalo gak pernah ada gerakan dari masing-masing individu untuk bersikap realistis. Soalnya pemerintah susah mau bikin larangan kepemilikan mobil, terlalu banyak keruwetannya.
Bukan berarti jangan pernah punya mobil pribadi ya, cuma ngajak realistis gitu. Untuk para lajang di Jakarta dan bukan eksekutif, kayaknya nggak perlu deh pake mobil pribadi di hari kerja. Keluarga muda dengan anak kecil, sebisa mungkin adalah alat transportasi pribadi ya. Kalo bisa mobil gitu untuk keamanan dan kenyamanan anaknya. Pasangan muda tanpa anak, pikir2 dulu untuk punya mobil. Kalopun terpaksa harus ada demi "mobilitas bersama" cukup satu mobil aja ya.
Dan untuk yang lain-lainnya yang sudah terlanjur punya mobil pribadi, kalo hanya satu dalam satu rumah tangga sih masih oke. Punya dua dan dipake aktif semuanya well... dalam beberapa kasus masih bisa dibenarkan. Punya 3 dan dipake aktif semuanya, oh Tuhan ada 2 pilihan: antara anda orang yang sangat egois sekali atau anda super bodoh. Untuk yang punya lebih dari 3 dalam satu rumah tangga dan semuanya dipake aktif, tak ada kata lain yang bisa gw berikan kecuali: pindah tinggal aja sana keluar Jakarta. Kalo nggak mau pindah juga berarti gw harus bilang: may you are all rotten in hell.
Sekian dan terima kasih
*ditulis sambil nunggu jam macet berakhir*
1 Comments:
supaya kalau hujan tidak kehujanan :D
*another excuse to have a car
oya yang keluarga dengan 5 mobil itu, edan, ngerawatnya apa gak bikin pusing ya?
Post a Comment
<< Home