Bercerita Tentang Hujan
Beberapa tahun yang lalu *tsah* gw pernah mengutip puisi Bapak Sapardi Joko Damono. Bukan puisi cinta beliau yang paling banyak dikutip di kartu undangan kawinan, tapi sebuah puisi tentang hujan.
Banyak orang melihat hujan dengan hati, which i don't understand why and how. Rasanya absurd aja memaknai sebuah fenomena alam dengan hati. It should be scientific, right? Bahwa hujan berasal dari uap air yang melayang-layang di udara, ketemu dengan sesamanya, dan kemudian dia akan membentuk air dan es, dan karena keberatan di atas sana akhirnya jatuh deh ke bawah dalam bentuk air atau salju atau es.
Hujan yang turun memberi rasa sejuk. Well not always deh ya, ada aja sih hujan yang malah bikin eungap karena volumenya nggak sebanding dengan humidity yang ada sebelumnya. Anyway in general people will feel a little bit cooler if rain comes. And apparently the decrease of temperature influence the mood of people. Maybe that's why then some of them perceive rains with their heart :)
Oh well.. sayah bukan tipe yang seperti itu. But as I shared with si pacar a while ago, buat saya hujan kadang-kadang membangkitkan keinginan untuk bersama dengan seseorang. Karena masalah adem dan perubahan mood itu tadi loh. Kalo orangnya lagi ada di depan mata ya pastilah hasilnya akan ada adegan cicak neplok di tembok. Kalo lagi gak punya seseorang yang ada malah inget nostalgia masa berpacaran *dangdut mode on* ato cilakanya inget masa-masa perpisahannya ajah yang lengkap dengan pandangan mata menerawang dan derai air mata kalo saat itu hormon sedang berkuasa.
Mengikuti musim yang sedang berlaku saat ini, mari membicarakan hujan dengan perasaan. Belajar deh belajar kalo nggak bisa... Dimulai dengang aroma hujan. Aroma??? Hadeuh kayaknya nggak ada deh hujan beraroma, tapi baiklah kita namakan saja aromanya sebagai aroma basah *helpless*
Stralah hay kalo nggak bisa sih terima nasib ajalah, serahkan urusan rasa itu kepada ahlinya yang tentu bukan bang kumis gubernur kita tercintah. Dan kemudian sangat sah kalo dalam musim hujan yang romantis ini *mual* kita mengutip kembali puisi yang sama karya Om Sapardi:
Tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
PS: Maleus banget jadi hujan bulan juni, nampak penuh dengan hal2 yang dipendam dan eerrr...tragis :p
Banyak orang melihat hujan dengan hati, which i don't understand why and how. Rasanya absurd aja memaknai sebuah fenomena alam dengan hati. It should be scientific, right? Bahwa hujan berasal dari uap air yang melayang-layang di udara, ketemu dengan sesamanya, dan kemudian dia akan membentuk air dan es, dan karena keberatan di atas sana akhirnya jatuh deh ke bawah dalam bentuk air atau salju atau es.
Hujan yang turun memberi rasa sejuk. Well not always deh ya, ada aja sih hujan yang malah bikin eungap karena volumenya nggak sebanding dengan humidity yang ada sebelumnya. Anyway in general people will feel a little bit cooler if rain comes. And apparently the decrease of temperature influence the mood of people. Maybe that's why then some of them perceive rains with their heart :)
Oh well.. sayah bukan tipe yang seperti itu. But as I shared with si pacar a while ago, buat saya hujan kadang-kadang membangkitkan keinginan untuk bersama dengan seseorang. Karena masalah adem dan perubahan mood itu tadi loh. Kalo orangnya lagi ada di depan mata ya pastilah hasilnya akan ada adegan cicak neplok di tembok. Kalo lagi gak punya seseorang yang ada malah inget nostalgia masa berpacaran *dangdut mode on* ato cilakanya inget masa-masa perpisahannya ajah yang lengkap dengan pandangan mata menerawang dan derai air mata kalo saat itu hormon sedang berkuasa.
Mengikuti musim yang sedang berlaku saat ini, mari membicarakan hujan dengan perasaan. Belajar deh belajar kalo nggak bisa... Dimulai dengang aroma hujan. Aroma??? Hadeuh kayaknya nggak ada deh hujan beraroma, tapi baiklah kita namakan saja aromanya sebagai aroma basah *helpless*
Stralah hay kalo nggak bisa sih terima nasib ajalah, serahkan urusan rasa itu kepada ahlinya yang tentu bukan bang kumis gubernur kita tercintah. Dan kemudian sangat sah kalo dalam musim hujan yang romantis ini *mual* kita mengutip kembali puisi yang sama karya Om Sapardi:
Tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
PS: Maleus banget jadi hujan bulan juni, nampak penuh dengan hal2 yang dipendam dan eerrr...tragis :p
3 Comments:
Makanya ga banyak hujan di bulan Juni..kan April-Oktober musim kemarau :)
Aku dan kamu memandang keheningan yang ditawarkan lampu2 kecil itu kepada kendaraan yang berlalu lalang, dari balik jendela kamar, pada sebuah hujan :p
Cinta itu laksana hujan... yg turun dengan lembut... tapi mampu membanjiri sungai :)
Post a Comment
<< Home