Losing is a Dangerous Feeling
Nah! Setelah perpisahan itu diucapkan, sekarang mau apa? Bahkan belum genap 4 jam dan aku sudah mengalami kram otak memikirkan bagaimana hari-hari berikutnya akan berjalan tanpa ada kabar-kabar konyol yang saling kita bagi. Siapa sih orang yang saling mengabarkan hasil pengecekan BAB hari ini dengan dalih menunjukkan tingkat kesehatan kecuali kita? Memanggil dengan nama paling tolol di dunia? Bagian badan mana yang paling gatel saat itu? Cuaca apa hari itu di belahan dunia lain? Gosip arteis paling gak penting? Lagu-lagu ciptaanmu yang terbaru? Dan semua petualangan yang kita lakukan bersama, ke Singapur untuk bersenang-senang borju, Bali untuk dugem, all escapes to Bangkok, our stupid trips to Bandung, ke Nepal untuk eerrr..liat orang demo :D Gosh... semuanya seperti film yang diputar di otakku.
Semua pertengkaran yang kita lakukan, yang penting-penting sampai yang paling bodoh. Semuanya selalu berakhir dengan kembali berbicara setelah beberapa saat, tanpa ada basa basi permintaan maaf sebelumnya. Kayaknya mengucapkan kata maaf is not our thing. Kita hanya selalu merindukan ngobrol lagi setelah semua masa diam itu.
Nah bukan bukan...bukan di otak tapi di dada. All happy and sad moments that we had, there is not any guarantee for us to have new ones in the future. So my dearest friend, I treasure you in my heart. This is the most powerful friendship I've ever had. Nggak pernah menyangka bahwa pertemanan ini sudah begitu mengikat dan meracuni. Kalau begini ini rasanya kehilangan suami, then my husband must be dead somewhere in Caribean sea and I never have the opportunity to see his dead body.
I know this's for my own good, tapi masa sih harus seberat ini dijalaninya?
Semua pertengkaran yang kita lakukan, yang penting-penting sampai yang paling bodoh. Semuanya selalu berakhir dengan kembali berbicara setelah beberapa saat, tanpa ada basa basi permintaan maaf sebelumnya. Kayaknya mengucapkan kata maaf is not our thing. Kita hanya selalu merindukan ngobrol lagi setelah semua masa diam itu.
Nah bukan bukan...bukan di otak tapi di dada. All happy and sad moments that we had, there is not any guarantee for us to have new ones in the future. So my dearest friend, I treasure you in my heart. This is the most powerful friendship I've ever had. Nggak pernah menyangka bahwa pertemanan ini sudah begitu mengikat dan meracuni. Kalau begini ini rasanya kehilangan suami, then my husband must be dead somewhere in Caribean sea and I never have the opportunity to see his dead body.
I know this's for my own good, tapi masa sih harus seberat ini dijalaninya?
1 Comments:
:)
Post a Comment
<< Home