20 Tahun Kemudian
Ternyata aku masih manusia yang sama, anak berusia 15 tahun yang terpaku membeku di depan pintu yang setengah terbuka itu 20 tahun yang lalu. Aku tidak pernah beranjak dari posisi itu. Waktu seolah-olah berhenti dan aku masih ada di sana.
Ketika kehidupan masa kini menyajikan kenyataan seperti yang aku lihat 20 tahun lalu, semuanya memukulku dengan sangat keras. Membutuhkan berminggu-minggu proses penyadaran sampai aku tahu bahwa aku menghentikan seluruh hidupku 20 tahun yang lalu.
Aku masih ada di sana, membelalakkan mata, membeku, merasakan seluruh darah menguap dari tubuh dan meninggalkanku sebagai sosok tak bernyawa. Aku masih berdiri di sana, sampai saat ini. Tidak tahu harus berbuat apa kecuali membekukan diri.
Dan aku harus kehilangan semua yang paling berarti dalam kehidupanku sekarang. Karena gadis kecil itu sangat terluka dengan apa yang dilihatnya saat ini. Aku, gadis kecil itu, masih tidak tahu harus melakukan apa kecuali harus berdiri dan membatu di tempat yang sama. Membuat ilusi bahwa yang kulihat di depan mata sekarang adalah kejadian lain hanya membuat semuanya menjadi semakin memburuk.
Mencairkan yang sudah beku selama 20 tahun sungguh sebuah proses yang sangat asing. Mungkin aku harus menghancurkannya. Atau aku harus meninggalkan semuanya. Dan aku tidak ingin melakukannya karena aku akan kehilangan kamu.
Tapi ini jiwaku, akulah yang bertanggung jawab atas kehidupannya. Memintamu tetap ada pada saat aku kembali ke masa kini sungguh sebuah tindakan yang tidak bertanggung jawab. Karena hidupmu bukanlah hidupku. Aku juga tidak tahu apakah aku masih bisa melihatmu dengan cara yang sama seperti yang kulakukan sebulan yang lalu.
Dan sekarang memikirkan ketidakhadiranmu saja sudah memberi rasa yang mematikan. Jadi izinkan aku berduka saat ini. Kemudian mengenang semua hal yang indah yang pernah kita lakukan bersama sampai aku siap untuk melepasmu. Mungkin begitu lebih baik.
Ketika kehidupan masa kini menyajikan kenyataan seperti yang aku lihat 20 tahun lalu, semuanya memukulku dengan sangat keras. Membutuhkan berminggu-minggu proses penyadaran sampai aku tahu bahwa aku menghentikan seluruh hidupku 20 tahun yang lalu.
Aku masih ada di sana, membelalakkan mata, membeku, merasakan seluruh darah menguap dari tubuh dan meninggalkanku sebagai sosok tak bernyawa. Aku masih berdiri di sana, sampai saat ini. Tidak tahu harus berbuat apa kecuali membekukan diri.
Dan aku harus kehilangan semua yang paling berarti dalam kehidupanku sekarang. Karena gadis kecil itu sangat terluka dengan apa yang dilihatnya saat ini. Aku, gadis kecil itu, masih tidak tahu harus melakukan apa kecuali harus berdiri dan membatu di tempat yang sama. Membuat ilusi bahwa yang kulihat di depan mata sekarang adalah kejadian lain hanya membuat semuanya menjadi semakin memburuk.
Mencairkan yang sudah beku selama 20 tahun sungguh sebuah proses yang sangat asing. Mungkin aku harus menghancurkannya. Atau aku harus meninggalkan semuanya. Dan aku tidak ingin melakukannya karena aku akan kehilangan kamu.
Tapi ini jiwaku, akulah yang bertanggung jawab atas kehidupannya. Memintamu tetap ada pada saat aku kembali ke masa kini sungguh sebuah tindakan yang tidak bertanggung jawab. Karena hidupmu bukanlah hidupku. Aku juga tidak tahu apakah aku masih bisa melihatmu dengan cara yang sama seperti yang kulakukan sebulan yang lalu.
Dan sekarang memikirkan ketidakhadiranmu saja sudah memberi rasa yang mematikan. Jadi izinkan aku berduka saat ini. Kemudian mengenang semua hal yang indah yang pernah kita lakukan bersama sampai aku siap untuk melepasmu. Mungkin begitu lebih baik.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home