Curhat Part 1: RESIGNATION
Begini situasinya: Saya pengen hidup ‘normal’
Dengan hidup ‘normal’ saya berharap bisa punya banyak waktu dan sisa tenaga (di luar curahan waktu n tenaga untuk bekerja) untuk mencoba mencapai cita-cita yang lain.
Jadi akhirnya saya memutuskan untuk resign a.k.a mengundurkan diri dari kantor dimana selama ini saya bekerja.
Ini dia kriteria pekerjaan impian saya *ngarep mode on*:
1. Short term contract
2. Jam kerjanya flexible
3. Nggak terlalu banyak traveling
4. Boss-nya cukup asik
5. Gajinya gede
Saya sebenernya agak takjub, tapi ternyata ada loh pekerjaan yang kayak gitu! :p Nggak cuma satu biji aja, tapi cukup banyak. Dan dua diantaranya melayangkan pinangan pada diriku yang imut ini untuk bergabung ;)
Akhirnya saya melayangkan gugatan cerai pada kantor lama. Secara saya gadis jujur, saya kasih taulah alasan utama kenapa saya mau berpaling ke lain account :p
Hasilnya adalah saya dibilang pengkhianat dan back stabber. Bahwa posisi itu dulu ditawarin ke boss sayah tapi dia nggak ambil karena nggak mau mengkhianati kantor ini. Bahwa saya berfikiran pendek dengan melewatkan kesempatan jadi miliarder dengan uang pesangon yang akan saya terima seandainya kantor ini gulung tikar. Bahwa saya nggak berterima kasih setelah segala bentuk ‘pemberian’ dari kantor kepada saya.
Satu lagi, meding kalo saya dikatain kayak gitu tuh setelah saya menolak tawaran increment or perbaikan posisi or pengurangan work load. Lha wong ini gak ada upaya untuk minta saya nggak pergi lho.
Helllooooooo…… At the end of the day this is a free world, isn’t it? Life is not an imaginary dream land, Mam…
Lha wong cuma seorang Nana yang resign kok urusannya jadi sepanjang itu. Mending kalo saya anggota Senior Management Team, lha ini cuma saya si tukang cela n ketawa ngakak :p
Hmmm… saya sebetulnya bersyukur tahu fakta tentang omongan miring behind my back itu sekarang. Karena dengan tahu itu saya semakin yakin untuk segera pergi. Mau jadi apa saya kalo tetep keukeuh bertahan di tempat ini? The worse version of bitchy Nana? Hihihi…
Saya pernah bilang ke si sinting temen saya yang-namanya-tidak-usah-disebut itu, supaya dia selalu masukin kriteria kedamaian hati setiap saat dia menghadapi pilihan. Abstrak memang, tapi penting.
Dimana hati kita merasa damai, kita harus menuju ke sana.
Do you think I will feel peace if I stay?
So… decision must be made ;)
Dengan hidup ‘normal’ saya berharap bisa punya banyak waktu dan sisa tenaga (di luar curahan waktu n tenaga untuk bekerja) untuk mencoba mencapai cita-cita yang lain.
Jadi akhirnya saya memutuskan untuk resign a.k.a mengundurkan diri dari kantor dimana selama ini saya bekerja.
Ini dia kriteria pekerjaan impian saya *ngarep mode on*:
1. Short term contract
2. Jam kerjanya flexible
3. Nggak terlalu banyak traveling
4. Boss-nya cukup asik
5. Gajinya gede
Saya sebenernya agak takjub, tapi ternyata ada loh pekerjaan yang kayak gitu! :p Nggak cuma satu biji aja, tapi cukup banyak. Dan dua diantaranya melayangkan pinangan pada diriku yang imut ini untuk bergabung ;)
Akhirnya saya melayangkan gugatan cerai pada kantor lama. Secara saya gadis jujur, saya kasih taulah alasan utama kenapa saya mau berpaling ke lain account :p
Hasilnya adalah saya dibilang pengkhianat dan back stabber. Bahwa posisi itu dulu ditawarin ke boss sayah tapi dia nggak ambil karena nggak mau mengkhianati kantor ini. Bahwa saya berfikiran pendek dengan melewatkan kesempatan jadi miliarder dengan uang pesangon yang akan saya terima seandainya kantor ini gulung tikar. Bahwa saya nggak berterima kasih setelah segala bentuk ‘pemberian’ dari kantor kepada saya.
Satu lagi, meding kalo saya dikatain kayak gitu tuh setelah saya menolak tawaran increment or perbaikan posisi or pengurangan work load. Lha wong ini gak ada upaya untuk minta saya nggak pergi lho.
Helllooooooo…… At the end of the day this is a free world, isn’t it? Life is not an imaginary dream land, Mam…
Lha wong cuma seorang Nana yang resign kok urusannya jadi sepanjang itu. Mending kalo saya anggota Senior Management Team, lha ini cuma saya si tukang cela n ketawa ngakak :p
Hmmm… saya sebetulnya bersyukur tahu fakta tentang omongan miring behind my back itu sekarang. Karena dengan tahu itu saya semakin yakin untuk segera pergi. Mau jadi apa saya kalo tetep keukeuh bertahan di tempat ini? The worse version of bitchy Nana? Hihihi…
Saya pernah bilang ke si sinting temen saya yang-namanya-tidak-usah-disebut itu, supaya dia selalu masukin kriteria kedamaian hati setiap saat dia menghadapi pilihan. Abstrak memang, tapi penting.
Dimana hati kita merasa damai, kita harus menuju ke sana.
Do you think I will feel peace if I stay?
So… decision must be made ;)