<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d9640075\x26blogName\x3dthis+is+about+ME+and+me\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nanaworld.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nanaworld.blogspot.com/\x26vt\x3d-8684301165100716096', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Monday, May 21, 2007

KAWINAN BATAK... Heh!!!???

Walopun punya banyak temen yang kebetulan berdarah batak, tapi masih jarang diantara mereka yang punya kesadaran untuk segera menikah dan mengundang gw buat menyaksikan saat-saat bahagia itu. Kalopun ada eh kok ya acaranya kebetulan ngikutin adat kebiasaan suku lain atau kebiasaan yang sudah menasional gitu. Jadi waktu dapet undangan kawinan dari salah satu temen kantor gw yang bermarga Hutagalung itu, gw sih gak ada ekspektasi apapun bahwa gw akan nemu sesuatu yang unik dibandingin pesta-pesta lainnya. Lagian dia menikah sama Fina yang asli Tator, jadi menurut gw (yang sering sok tau ini) pasti pestanya sangat standar pesta-pesta di ibu kota negara tercinta kita ini.

Jadilah gw berangkat ke Meruya hari Sabtu sore kemaren. Secara umum acaranya kurang lebih sesuai sama asumsi gw sih. Gw pikir bakalan ada masakan khas Batak (gw ngarep ada naniura hihihi..) tapi ternyata menunya sangat nasional juga. Terus ada acara sambutan-sambutan sedikit yang juga lebih tepat kalo dibilang sebagai sangat khas the groom daripada revered to specific ethnicity.

Nah setelah sambutan ngaco2 itu, kami pun mulai menikmati makan malam sambil ngobrol ngalor ngidul dan melemparkan lirikan maut malu-malu ke seluruh penjuru tempat pesta. Tau sendirilah dalam rangka apa lirikan-lirikan itu dilakukan…

Satu lagu dinyanyikan, ciptaan almarhum bokapnya the groom. The nyokap kayaknya sangat menikmati sambil ngelamun gitu (inget masa-masa indah mereka berdua kali ye..). Nah abis satu lagi itu, salah seorang Oom Hutagalung menyanyikan lagu cinta, disusul salah seorang sepupu Hutagalung nyanyi lagu batak. Oi indahnya…

Abis itu si MC yang banceh tampil banget ikutan nyanyiin lagu andalannya. Setelah itu ada lagi inang-inang nyanyiin satu lagu lama. Abis itu menyusullah salah satu udangan (masih kerabat juga) nyanyiin lagu batak dan…susul menyusullah hampir seluruh undangan menyumbangkan sebuah lagu, termasuk rombongan lenong kantor gw yang sengaja milih lagu “Semua Bisa Bilang’ buat pengantin yang berbahagia.

Honestly, baru sekali ini gw dateng ke kawinan dimana hampir semua tamu dengan suka rela dan pede jeder nyumbang nyanyi. Kagak usah dipaksa-paksa deh, mereka semua dengan kesadaran penuh maju ke depan buat ambil giliran nyanyi. Udah gitu hampir semuanya bersuara emas. Kalopun enggak, notnya nggak lari kemana-mana deh sepanjang lagu. Pokoke semua bisa nyanyi!!

Bo..coba deh inget-inget, berapa kali kalian dateng ke kawinan model gini???? Kalo memang seperti ini yang kurang lebih bisa disebut sebagai Kawinan Batak, gw mau deh dateng ke kawinan sejenis hihihi.. Terhibur banget deh.

Iim n Fina, yakin deh kalo semua undangan bisa merasakan kebahagiaan kalian. Acara kemaren malem itu bener-bener gambarin gimana kalian menjalani hari-hari pertama bersama-sama.

Have a great great happy marriage ya... :) Ntar gw juga mo bikin kawinan batak deh :p

Tuesday, May 01, 2007

KEPUTUSAN BESAR

Berapa kali dalam hidup kita harus membuat keputusan besar?

Ukuran sebuah keputusan menjadi besar atau kecil memang sangat relatif. Mungkin untuk beberapa orang, keputusan besar dibuat pada saat akan menikah, memilih pendidikan tinggi, bercerai, punya anak, dsb. Sedangkan untuk orang lain, memilih sebuah baju sebelum interview di US Embassy bisa jadi adalah sebuah keputusan besar yang bisa sangat mempengaruhi jalan hidupnya di kemudian hari (lagi inget Yasmin dengan baju sedikit terbuka dan kalung salib hihihi.. Lain kali deh diceritain soal ini).

Gw barusan membuat sebuah keputusan besar dalam hidup (versi gw). Ini enggak akan mempengaruhi what i am inside, tapi pastinya akan mempengaruhi lingkungan sekitar gw. Dasar banceh survey, setelah berbulat tekad mengambil keputusan ini gw akhirnya bikin small research tentang apa reaksi yang akan muncul ke gw if this decission is applied very soon.

Well..buat temen2 seruangan itu bukan big deal. Menurut mereka, apapun yang gw lakuin ya begitulah gw apa adanya. Yang unik adalah, justru semakin jauh seorang responden survey duduk dari meja gw, reaksi yang mereka tunjukkan adalah semakin negatif. Probability untuk tidak setuju ataupun mempertanyakan keabsahan hasil test kewarasan gw semakin tinggi deh.

Dan selama ini gw ngerasa ternyata lebih mementingkan pendapat orang yang duduk berjauhan dari tempat gw instead of orang-orang yang ada di sekitar gw. Hmm.. what a freak i am..

Gila ya.. berarti susah banget deh jadi public figure. Gimana enggak coba, semua orang mau berkomentar tentang apapun yang mereka lakuin. Peduli amat mereka kenal dia ato enggak.
Sukurlah gw bukan bintang sinetron, penyanyi, politisi, ataupun profesi2 lain yang sangat mencolok mata itu. Jadi efek dari keputusan besar yang akan gw lakuin ini enggak akan bikin MUI membuat fatwa. Yah palingan babe bakal bereaksi keras ajah. Doain aja mudah-mudahan gw masih dianggep anaknya *wajah khusyu memanjatkan doa*