<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d9640075\x26blogName\x3dthis+is+about+ME+and+me\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nanaworld.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nanaworld.blogspot.com/\x26vt\x3d-8684301165100716096', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Tuesday, June 19, 2007

SEMPURNA (Butuh Pencerahan)

Kemaren terlibat pembicaraan tolol rutin menjelang tidur dengan teman yang-namanya-tidak-usah-disebutkan itu. Sejak sekitar 2 mingguan ini pembicaraan kami pasti nyerempet2 sedikit tentang traveling yang dilakukan oleh teman sayah ini. Rupanya perjalanan itu amat sangat menyentuh keseluruhan sendi kehidupan dia sebagai manusia (gak yakin apa makna tulisan gw ini :p). Mudah-mudahan ajalah bukan euphoria sajah.
Eniwei..seperti biasa setiap topik pembicaraan selalu berakhir dengan ketololan super dahsyat yang biasanya dipicu oleh eeerrr… sayah :D

Baiklah.. topik terakhir kami adalah tentang salah satu buku yang dia beli di sana. Buku ini menceritakan tentang istri pertama Rasulullah SAW, Siti Khadijah.
Well.. pertama sih kami mencocokkan fakta dan analisa dari berbagai buku dan pembicaraan yang pernah kami dengar tentang tokoh ini. Tentu saja lama kelamaan kami nggak tahan untuk tidak membumbui pembicaraan dengan berbagai teori dan analisa yang kami kembangkan sendiri. Pastinya lama kelamaan mulai ada perbedaan pendapat karena gw cenderung melihat segala macam manusia sebagai manusia yang punya kelemahannya sendiri sementara dia kadang suka keukeuh sama segala pamali membicarakan hal-hal yang kontroversial.

Dan berakhirlah pembicaraan kami dengan petikan sebagai berikut:

Dia : Makanya jeng..jadi perempuan tuh yang bener..
Sayah : Maksud lo bener yang kayak gimana?
Dia : Kayak Khadijah gitu lo.. Dia itu kan wanita sempurna. Lu ambil contoh dari dia dong, nggak seenak udel sendiri aja gituh!!
Sayah : Wanita sempurna? Kata siapa?
Dia : Elu tuh dasar ya!! Dibilangin nggak bisa!!! *tone naik*
Sayah : Lhooo..setahu sayah kesempurnaan adalah milik Allah ya.. Emang ada makhluk yang sempurna?
Dia : Eh gila ya!
Sayah : Denger ya.. Setahu gw dari jaman kita masih kecil dulu kita tuh diajarin segala maha adalah milik Allah. Segala yang sempurna adalah milik Allah. Nah kalau ada makhluk yang merasa diri sempurna, itu namanya menyamakan diri sama Allah. Dosa tauuuu…
Dia : Yiuuk..
Sayah : *makin menjadi mode on* Nah itulah.. Secara bukti empiris di dunia ini, adakah seseorang yang sempurna? (dan gw memaparkan beberapa data yang menyebutkan pertumpahan darah di kalangan umat muslim di zaman setelah Rasulullah SAW yang rasanya nggak usah dikutip di sini daripada menimbulkan perdebatan kucing-anjing yang gak penting. Yah namanya juga ini adalah meta analisis yang sayah lakukan tanpa persiapan matang :p)
Dia : Kukuruyuk lu ye..
Sayah : Gw rasa juga Siti Khadijah nggak pernah merasa diri sebagai seseorang yang sempurna. Tapi gw nggak tau juga ya bo.. secara kita kan gak segenerasi n kalopun hidup di zaman yang sama pun blom tentu kita akan tau juga. Secara kita gitu loh!
Dia : Yiuuk.. nggak mungkin beuneur..
Sayah : Elu tuh bisa dosa loh menyamakan makhluk sama pencipta hihihi..
Dia : Eh siapa juga yang nyama-nyamain??? *meradang mode on*
Sayah : Ye.. secara yang melontarkan wanita sempurna tadi adalah ELU!!
Dia : Bukan!!! Gw kan mengutip dari buku itu.
Sayah : Nah siapa itu pengarangnya? Musti hati2 tuh orang.
Dia : Setojooo..
Sayah : Huahahahaha..
Dia : Gendheng!!
Sayah : Eh gimana dengan Rasulullah SAW?
Dia : Heh sudah!!! Brenti!!
Dan semua diakhiri dengan cekikikan berdua sambil tentyunya guling2 di kasur :D

Well.. ini hanya sekedar pillow talk. Tapi gw jadi wondering, boleh gak sih kita mengkritisi hal-hal kayak gini? Bukan bermaksud memicu kontroversi, hanya saja.. rasanya tolol aja kalo dikasih tau sesuatu trus ditelen aja mentah-mentah semuanya.
Btw kalo tulisan ini sampe dibaca sama bapakku pasti gw udah jadi shredded nana. Makanya gw mempertanyakan boleh nggak hal-hal kayak gini gw jadiin bahan diskusi? Secara masih buanyak topik sejenis lainnya yang pasti akan kami bicarakan someday. Daripada salah kan ya..
Malu bertanya sesat di senayan yiuk! Anyone… ada yang bisa menjawab??

Monday, June 18, 2007

To Start Over Again (a birthday contemplation continue hueeeeeekkkk... :p)

Kalau ada survey untuk menentukan berapa prevalence manusia 30 something yang masuk dalam kategori ‘menjadi diri sendiri’ mungkin gw akan masuk dalam kelompok besar orang yang termasuk dalam kategori ‘chronic follower’ :p

No need to make a list to proof it, coz it will last forever to document that.

OK, memang ada trend dan mainstream di lingkungan kita masing-masing dimana gw memang ada didalam arus utama itu.. Tapi kenapa gw mengkategorikan diri sebagai kronis dan bukan akut, karena setelah gw pikir2 keadaan berada dalam mainstream tanpa tau apakah memang ini maunya gw ini memang sudah berlangsung sangat lama sekali. Dimulai dari sejak gw mulai ngerasa sebagai bagian dari society, meaning saat gw memasuki era menjadi abg.

Sebagai abg, gw dulu ngerasa harus bekerja keras untuk bisa diterima sama lingkungan pergaulan gw di luar rumah. Well.. tampil cool kan salah satu syaratnya toh.. Nah, I was and am not cool at all, but I was quite smart (proven ya bo… :p). Instead of merasa smart sebagai sebuah kualitas yang sangat positif untuk dibanggakan, gw memilih jalan hidup untuk menjadi populer aja. Salah satu hal konyol adalah, membodohkan diri supaya bisa diterima di lingkungan cewe2 populer. Well.. lebih baik membicarakan t-shirt apa yang lagi trendy di majalah GADIS dan betapa kita nggak ngerti sama yang diomongin sama guru geografi kan ya daripada mengaku ke mereka kalo gw hafal susunan planet2 dan menyukai kalkulus dengan resiko dianggap sebagai nerd.

Guys, being teenager is hard and sometimes even harder being adult.

My sister is, in someway, a role model for me. She’s pretty, smart, very kind and the most important thing is.. she was popular. Padahal dia nerd abis dibandingin sama gw. Nah instead of belajar untuk mengeksplorasi kualitas positif dan menjadikannya sebagai kekuatan kayak dia (termasuk bersikap untouchable atas semua kegaduhan dunia remaja yang norak-norak bergembira ituh), gw malah awur-awuran melakukan apapun biar bisa populer juga huehehe.. Ada sih satu dua hal baik dan mulia yang gw contoh dari dia, tapi ternyata gw baru nyadar kalo itu bukan sesuatu yang gw pengen, cuma usaha awur2an untuk menjadi kayak dia aja.

Hidup memang kejam, karena kadang kesadan itu datang amat sangat lama. Gw butuh lebih dari 15 tahun untuk tahu dan mengakui (cuma dalam hati dan di blog tentunya :p) bahwa gw menjalani hidup hanya sebagai sebuah sosok yang diharapkan oleh komunitas, dan butuh 5 tahun lagi untuk berani mulai merubah itu menjadi kurang lebih sesuai sama maunya gw.

Dan berbagai macam keputusan dan tindakan yang sangat tidak populer pun harus diambil hiks.. Itulah sebabnya gw butuh waktu 5 tahunan untuk bersiap-siap, karena melakukan hal-hal yang tidak populer adalah siksaan yang sangat berat buat gw. Sebagian besar adalah karena social pressure yang harus gw adepin on daily basis, disagreement dari family, dan sisanya adalah efek dari hal-hal tersebut ke dalam kestabilan mental gw yang memang sering goncang ini :D

So what can I do? Ketawa-ketawa aja bleh!!! Karena memang inilah yang gw mau. Sejauh gw gak jadi kriminal ato sampah masyarakat (sebuah istilah yang sangat tidak saya sukai) maka seharusnya gw nggak ngerasa hidup gw rusak.
Memang naïf banget kalo dibilang genuine tapi memang seperti sekarang inilah gw apa adanya.

If I made a huge mistake by taking un-popular decision, may that be lessons for me. I don’t mind to start all over again and again and again because at the end of the day what remains living with me for the rest of my life is I MYSELF.

So now, am I a happy 30 something single woman? I hope I am trying hard enough to be one :)