<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d9640075\x26blogName\x3dthis+is+about+ME+and+me\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nanaworld.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nanaworld.blogspot.com/\x26vt\x3d-8684301165100716096', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Friday, January 04, 2008

2007 Yang Biru *cuh cuh!!!*

Mengapa orang seperti berlomba-lomba untuk berefleksi sebelum sebuah angka hitungan tahun akan berakhir? Bukankah berefleksi dan berkontemplasi itu idealnya harus dilakukan secara kontinyu, sering, dan tidak mengenal garis mati? (dateline maksudnya).

Mungkin memang manusia harus menetapkan batasan-batasannya sendiri kapan harus menengok ke dalam dirinya. Yah sebagai manusia metropolis yang sangat sibuk dengan agenda sehari-hari, maka setahun sekali dirasa sudah cukup layak untuk dilakukan. Huehehe… sekali lagi analisa seenak jiwa yang saya lakukan kali ini :D

Ah baiklah… untuk mengukuhkan jati diri bahwa saya ini makhluk mainstream, maka saya pun kemudian tergelitik untuk berefleksi sebelum tahun 2007 lalu berakhir. Apa sih artinya 2007 untuk saya.

Hmm.. saya akan memulai dengan 2007 sebagai tahun yang penuh kejutan. Iya, karena tiba-tiba saja saya memutuskan untuk resign dari lembaga di mana saya sedang bekerja saat itu simply karena tiba-tiba saya merasa yakin bahwa saya akan sangat cocok untuk sebuah posisi yang sedang ditawarkan di sebuah lembaga donor dari Belanda. Padahal secara title, saya akan down grade. Tak ada jaminan pula benefit di sana lebih baik. Tapi dasar si tolol, atas dasar intuisi bahwa saya tercipta untuk mengisi pos itu saya memutuskan untuk pergi dari kantor lama dan berusaha menclok di tempat itu. Sukurlah ternyata intusi saya masih ciamik punya, jadilah saat ini saya duduk di posisi itu dan sedang memaksakan diri nyusun travel plan setahun ke depan (aduh tolong di catat, ini perjalanan kerja ya bukan bersenang-senang mabuk-mabukan).

Oh ya, saya juga telah memutuskan merubah penampilan luar yang menghasilkan reaksi kejutan untuk orang-orang di ring 2 pergaulan saya (FYI ring 1 hanya berkomentar antara: dasar gendheng! Atau kenapa nggak dari dulu.. Atau Basi! Udah gue duga dari dulu!). Semua komentar saya terima sesuai mood yang berlaku saat itu. Sejauh ini sih cuma ada satu komentar yang bikin saya bete setengah mati: ‘Emangnya situ Mbak Ii?’ Hello… kenapa sih orang demen banget nyari persamaan kepada selebriti? Nggak kreatip tau!

Ah sudahlah.. mari kita lanjutkan. 2007 adalah juga tahun yang melelahkan secara fisik. Saya merasa tahun ini saya mulai merasakan bahwa setelah perjalanan terus menerus ke beberapa kota selama 10 hari maka saya bener-bener harus istirahat males-malesan paling enggak seharian penuh. Padahal dulu saya masih asik-asik aja dari bandara langsung nyangkut di Plasindo sampe jam tutup mall dan besokannya sudah duduk manis di kantor pada pukul 08.00 WIB. Iya iya saya tahu, umur memang nggak bisa bohong :p

Buat saya ini adalah juga tahun penuh ketololan. Bayangkan saja, saya mengakhiri tahun 2006 dengan bikin kesalahan akut yang (dulu) susah banget saya hindari. Abis itu saya langsung pula pergi ke bandara ngejemput satu prajurit kalah yang pulang dari liburan tahun baru yang gagal karena patah hati berkeping-keping. Eh setelah pada pukul 2 dini hari tanggal 1 Januari 2007 saling berjanji untuk tidak mengulang kesalahan yang sama dan saling mengingatkan, 2 minggu kemudian saya melakukan kesalahan itu lagi tanpa diingetin dan dicegah pula (eerr… agak susah sih secara laporan ke dia setelah kejadian aja gitu :p). Yang super tolol lagi, sekitar 4 bulan kemudian saya kembali ke masalah dicintai (dan mencintai) suami orang lagi huehehe… Bodoh dan tolol secara tinggal ninggalin aja gitu kok ya gak bisa.

Apalagi? O iya, 2007 adalah juga tahun dimana saya (terpaksa dan dipaksa) mengakui bahwa saya ini (sering) ndak pinter secara akademis hihihi… Ini adalah pengakuan dari hati nurani yang paling tulus dan dalam. Karena itulah makanya saya bersedia untuk belajar lagi. Tapi ya bo… sinting tralala ya ngejalaninnya. Mau muntah gak sih ngeliat saya tiap duduk di kedai kopi di berbagai sudut ibukota Jakarta dan bandara-bandara di manapun saya berada, hampir selalu dalam keadaan membaca buku yang bikin sex appeal saya turun lebih dari 10 digit. Perempuan itu should look cute, sophisticated, up to date and fragile in one time, right? Terlihat belajar akan menurunkan nilai sebagai perempuan yang didamba, apalagi terlihat pintar (uhuuuuyy…). Terlihat nerd? It’s a big no no, dude. Tapi lihatlah saya. Alaaaah.. kayak saya menyetujui norma-norma menjadi perempuan aja! :p

Nah terakhir, 2007 adalah tahunnya saya bener-bener bersenang-senang juga sebenernya. Saya merasa hidup (gila ya, bahasa Inggris itu kadang suka jadi nggak banget kalo udah diterjemahin ke bahasa Indonesia). Tahun itu saya menjadi berani mengambil resiko lebih besar dan bersenang-sebang saat ngejalanin. Bukan berarti no more play safe, hanya saja risk is fun. Saya melakukan di hampir semua aspek hidup saya dan sejauh ini saya baik-baik saja (and want more). Mungkin saya harus memeriksakan diri ke dokter spesialis adrenalin untuk ngecek apakah saya baik-baik saja.

Eniwei… nggak semua hal yang saya mau bisa didapatkan di tahun 2007. Misalnya saja keinginan menabung dengan lebih rajin. Saya malah melakukan penggerogotan rekening dana darurat huehehe… Tapi untunglah ada sebuah kejadian mengantuk setelah makan siang yang berhasil saya manfaatkan untuk merencanakan ulang keadaan keuangan saya untuk tahun 2008.

Apa? Resolusi 2008? Ada, tapi daripada nanti harus bikin lagi untuk 2009, sekali ini saya membuat dalam jangka waktu 3 tahun dengan revisi minor tiap tahun. Dan biarlah sekali ini saya simpan saja sendiri, disaksikan oleh kakak-kakak saya tercinta sebagai tim pengawas. Kita lihat saja apa yang akan terjadi pada saya di awal 2011. Kalau masih ada umur dan belum bosen sama ngeblog, saya akan memberikan liputan lengkap perjuangan mewujudkan resolusi 3 tahun ini. Ya ya.. update singkat setiap tahun juga akan ada sih. Pokoknya sekarang doakan saja saya akan baik-baik saja :)

Eh tapi ngemeng-ngemeng, boleh gak sih resolusi dibuat untuk waktu 3 tahun ke depan? Jangan-jangan makna gramatikal dari resolusi adalah selalu mengacu pada jangka waktu satu tahun? Haduh.. sepertinya saya butuh beli kamus enggres-enggres nih. Membebani keuangan saja! :p