Mendemo Demo halah...
Sedang berfikir2 gara-gara barusan baca detik.com tentang sebuah demo yang dilakukan di Kejati entah dimana gitu deh lupa lagi. Kalo gak salah somewhere di Sulawesi. Seperti biasanya para demonstran bawa spanduk dengan tulisan-tulisan yang 'ajaib' buat gw kayak "Kejati Banci" dan sebagainya.
Jadi ceritanya kemudian peserta demo minta ketemu sama ketua Kejati, mau menyampaikan aspirasi tentang penuntasan kasus korupsi di daerah setempat. Pas Pak Ketua keluar buat ketemu sama para demonstran, salah satu perwakilan menyerahkan bra alias breast holder warna pink dan kunci mobil ke Pak Ketua. Kontan Pak Ketua menolak pemberian itu dan langsung balik kanan pulang ke kandangnya eh.. kantornya. Pak Ketua merasa apa yang dilakukan oleh demonstran itu sangat menghina lembaga yang dipimpinnya.
Well... sebenernya gw juga agak-agak mendidih pas baca berita itu. Mungkin lebih tepat mau marah dan sedih juga, karena ini bukan kali pertama para demonstran melakukan tindakan serupa.
Kenapa segala sesuatu yang lame, lembek, menjijikkan, tidak benar, lebih sering dikasih identitas feminin oleh para demonstran?
Kenapa pada demonstrasi itu simbol kebobrokan penuntasan kasus korupsi diwujudkan dengan sebuah bra? Hello... bra is something feminine, berjenis kelamin perempuan.
Kenapa harus ada spanduk bertuliskan "BANCI" sebagai perwujudan hal-hal buruk?
Emang kalo banci kenapa? Apakah banci less human than man?
Apakah segala hal yang benar, yang prosedural, yang hebat, adalah something with macho quality?
Gw heran apakah para demonstran itu, at least komandan lapangannya deh, pernah dapet pendidikan dasar politik yang baik dan benar??????
Apakah sebaiknya demo itu didemo lagi sama para feminis? Seru kali ye, tiada hari tanpa demo huehehehe...
Jadi ceritanya kemudian peserta demo minta ketemu sama ketua Kejati, mau menyampaikan aspirasi tentang penuntasan kasus korupsi di daerah setempat. Pas Pak Ketua keluar buat ketemu sama para demonstran, salah satu perwakilan menyerahkan bra alias breast holder warna pink dan kunci mobil ke Pak Ketua. Kontan Pak Ketua menolak pemberian itu dan langsung balik kanan pulang ke kandangnya eh.. kantornya. Pak Ketua merasa apa yang dilakukan oleh demonstran itu sangat menghina lembaga yang dipimpinnya.
Well... sebenernya gw juga agak-agak mendidih pas baca berita itu. Mungkin lebih tepat mau marah dan sedih juga, karena ini bukan kali pertama para demonstran melakukan tindakan serupa.
Kenapa segala sesuatu yang lame, lembek, menjijikkan, tidak benar, lebih sering dikasih identitas feminin oleh para demonstran?
Kenapa pada demonstrasi itu simbol kebobrokan penuntasan kasus korupsi diwujudkan dengan sebuah bra? Hello... bra is something feminine, berjenis kelamin perempuan.
Kenapa harus ada spanduk bertuliskan "BANCI" sebagai perwujudan hal-hal buruk?
Emang kalo banci kenapa? Apakah banci less human than man?
Apakah segala hal yang benar, yang prosedural, yang hebat, adalah something with macho quality?
Gw heran apakah para demonstran itu, at least komandan lapangannya deh, pernah dapet pendidikan dasar politik yang baik dan benar??????
Apakah sebaiknya demo itu didemo lagi sama para feminis? Seru kali ye, tiada hari tanpa demo huehehehe...