Setengah-setengah Lagi
Barusan baca berita di detik.com edisi Surabaya tentang keputusan pemerintah kotamadya Surabaya untuk menghentikan program pemberian jarum suntik steril ke IDU alias pengguna narkoba dengan cara menyuntik. Alasan pihak pemerintah adalah karena takut akan adanya penyalah gunaan oleh para drug user (di alenia pertama nih).
Dan saya terpaksa harus menggeleng-gelengkan kepala, campuran antara putus asa, gemes dan prihatin. Kayak gini nih pemerintah kita, segalanya serba setengah-setengah dilakukan. Kadang-kadang hanya karena alasan yang sangat konyol, mereka hanya disuruh melakukan aja program itu tanpa tahu sebenernya program itu apa maunya dan mau dibawa ke mana.
My goodness... harm reduction nggak bisa hanya dilakukan begitu saja tanpa ada program lain yang bisa saling mendukung. Lha wong tujuan utamanya harm reduction itu kan buat mengurangi potensi penyebaran HIV AIDS, baru kemudian tujuan ikutan berikutnya adalah sukur-sukur bisa mengurangi jumlah pengguna. Jadi ya yang fokus dong ngeliat apakah tujuan utamanya bisa dicapai dengan program itu baru kemudian tujuan ikutannya juga diusahakan tercapai.
Setiap program itu pasti ada efek penyelewengannya. Tapi gw bener-bener nggak habis pikir sama kekhawatiran pelaksana program (di alenia pertama) tentang penyalahgunaan yang mungkin terjadi. Apakah maksudnya itu akan menyuburkan pemakaian narkoba suntik? Itulah gunanya harm reduction dilakukan tidak ansich memberikan jarum steril kepada pengguna narkoba suntik, tapi juga dibarengi dengan edukasi (which is sangat chalenging buat dilakukan) , termasuk juga menggalakkan penanganan dengan memberikan terapi Metadon untuk jalan menuju sober.
Yang sungguh-sungguh memprihatinkan adalah alasan yang disampaikan Pak Walikota, seperti dikutip detik.com di alenia berikutnya: Program tersebut kami hentikan karena takut disalahartikan Pemkot melegalkan penggunaan narkoba.
Pak Wali yang terhormat, tidak ada program yang sangat sempurna. Setiap program yang dipilih sama Bapak adalah sebuah kumpulan activity dan konsekuensi yang harus diterima dan dijalani. Kenyataan bahwa Bapak pernah memilih jalan melakukan harm reduction, sebuah pilihan yang sangat belum populer di Indonesia, sesungguhnya amat sangat membanggakan.
Sayangnya saya berharap terlalu banyak. Ternyata Bapak masih belum bisa mengerti apa esensinya melakukan harm reduction. Itulah gunanya jajaran Pemkot harus meningkatkan awareness masyarakat (termasuk juga Bapak mungkin) tentang epidemi HIV AIDS dan berbagai alternatif penanganannya. Saya sungguh sangat berharap Bapak bisa stand strong menjelaskan kebijakan yang telah dengan sangat mengesankan (pernah) Bapak pilih. Sungguh, saya prihatin dengan pernyataan kekhawatiran itu.
Dan saya terpaksa harus menggeleng-gelengkan kepala, campuran antara putus asa, gemes dan prihatin. Kayak gini nih pemerintah kita, segalanya serba setengah-setengah dilakukan. Kadang-kadang hanya karena alasan yang sangat konyol, mereka hanya disuruh melakukan aja program itu tanpa tahu sebenernya program itu apa maunya dan mau dibawa ke mana.
My goodness... harm reduction nggak bisa hanya dilakukan begitu saja tanpa ada program lain yang bisa saling mendukung. Lha wong tujuan utamanya harm reduction itu kan buat mengurangi potensi penyebaran HIV AIDS, baru kemudian tujuan ikutan berikutnya adalah sukur-sukur bisa mengurangi jumlah pengguna. Jadi ya yang fokus dong ngeliat apakah tujuan utamanya bisa dicapai dengan program itu baru kemudian tujuan ikutannya juga diusahakan tercapai.
Setiap program itu pasti ada efek penyelewengannya. Tapi gw bener-bener nggak habis pikir sama kekhawatiran pelaksana program (di alenia pertama) tentang penyalahgunaan yang mungkin terjadi. Apakah maksudnya itu akan menyuburkan pemakaian narkoba suntik? Itulah gunanya harm reduction dilakukan tidak ansich memberikan jarum steril kepada pengguna narkoba suntik, tapi juga dibarengi dengan edukasi (which is sangat chalenging buat dilakukan) , termasuk juga menggalakkan penanganan dengan memberikan terapi Metadon untuk jalan menuju sober.
Yang sungguh-sungguh memprihatinkan adalah alasan yang disampaikan Pak Walikota, seperti dikutip detik.com di alenia berikutnya: Program tersebut kami hentikan karena takut disalahartikan Pemkot melegalkan penggunaan narkoba.
Pak Wali yang terhormat, tidak ada program yang sangat sempurna. Setiap program yang dipilih sama Bapak adalah sebuah kumpulan activity dan konsekuensi yang harus diterima dan dijalani. Kenyataan bahwa Bapak pernah memilih jalan melakukan harm reduction, sebuah pilihan yang sangat belum populer di Indonesia, sesungguhnya amat sangat membanggakan.
Sayangnya saya berharap terlalu banyak. Ternyata Bapak masih belum bisa mengerti apa esensinya melakukan harm reduction. Itulah gunanya jajaran Pemkot harus meningkatkan awareness masyarakat (termasuk juga Bapak mungkin) tentang epidemi HIV AIDS dan berbagai alternatif penanganannya. Saya sungguh sangat berharap Bapak bisa stand strong menjelaskan kebijakan yang telah dengan sangat mengesankan (pernah) Bapak pilih. Sungguh, saya prihatin dengan pernyataan kekhawatiran itu.