Entahlah...
Beberapa waktu sebelum mulai trip ke Flores, gue lagi tekun bekerja seperti biasa. Maklumlah banyak yang harus disiapin kalo mo jalan ke Flores secara dan hanya secara nggak ada kepastian apakah jadwal penerbangan keluar Flores yang tercantum di tiket yang udah dibeli memang akan benar-benar terlaksana ato enggak. Entah ada angin apa, tiba-tiba aja kok sore itu gue iseng nengok ke kiri, dan menemukan tirai yang nutupin ruangan gue dari ruangan tamu di kantor agak sedikit kebuka.
Dan gue ngeliat sebentuk kepala laki-laki sedang ngebelakangin gue (nggak usah dibahas gimana gue bisa yakin itu kepala laki-laki). Buat sesaat gue terpaksa harus menahan nafas, dan sekitar 3 detik kemudian mulai misuh-misuh*) di dalam hati.
Dan kemudian pemilik kepala objek keterkejutan gue itu bangkit dari duduknya, masih dalam posisi membelakangi gue dia jalan beberapa langkah ke arah tasnya yang ditaro sembarangan di kursi seberang dia. Dan kembali gue harus misuh-misuh*) dalam hati sambil berusaha mengurangi kepanikan. Sampai akhirnya setelah sekian lama dan otak nggak terlalu berkabut, gue bisa mengenali siapa pemilik kepala itu.
Tuhan... kenapa sih kalo diliat dari belakang kepalanya Jailani**) amat sangat mirip sama kepala laki-laki yang sedang mati-matian berusaha gue lupain? Tidak adil tidak adil!!!!
Dan sore itu gue kembali menyerah mengikuti hasrat menelepon dia. Dan gue kembali jatuh. Nah kan.. emang enak memulai semuanya dari nol lagi...
Catatan kaki ayam:
*) apa ya terjemahan bahasa endonesa yang pas buat misuh? mengumpat nampaknya kurang oke...
**) ini adalah oknum partnernya Ruth yang dateng jauh-jauh dari Medan
Tambahan:
Beberapa hari setelah peristiwa itu gue ketemu lagi sama Jailani di Menara Duta, dan sekali itu gue senyum-senyum aja ngeliat kepala dia sampai akhirnya yang bersangkutan mungkin memutuskan bahwa gue harus dijauhi seumur hidup :p
Dan gue ngeliat sebentuk kepala laki-laki sedang ngebelakangin gue (nggak usah dibahas gimana gue bisa yakin itu kepala laki-laki). Buat sesaat gue terpaksa harus menahan nafas, dan sekitar 3 detik kemudian mulai misuh-misuh*) di dalam hati.
Dan kemudian pemilik kepala objek keterkejutan gue itu bangkit dari duduknya, masih dalam posisi membelakangi gue dia jalan beberapa langkah ke arah tasnya yang ditaro sembarangan di kursi seberang dia. Dan kembali gue harus misuh-misuh*) dalam hati sambil berusaha mengurangi kepanikan. Sampai akhirnya setelah sekian lama dan otak nggak terlalu berkabut, gue bisa mengenali siapa pemilik kepala itu.
Tuhan... kenapa sih kalo diliat dari belakang kepalanya Jailani**) amat sangat mirip sama kepala laki-laki yang sedang mati-matian berusaha gue lupain? Tidak adil tidak adil!!!!
Dan sore itu gue kembali menyerah mengikuti hasrat menelepon dia. Dan gue kembali jatuh. Nah kan.. emang enak memulai semuanya dari nol lagi...
Catatan kaki ayam:
*) apa ya terjemahan bahasa endonesa yang pas buat misuh? mengumpat nampaknya kurang oke...
**) ini adalah oknum partnernya Ruth yang dateng jauh-jauh dari Medan
Tambahan:
Beberapa hari setelah peristiwa itu gue ketemu lagi sama Jailani di Menara Duta, dan sekali itu gue senyum-senyum aja ngeliat kepala dia sampai akhirnya yang bersangkutan mungkin memutuskan bahwa gue harus dijauhi seumur hidup :p