Masa Persiapan: Hal-hal Yang Membuat Deg-degan
Jadi..sejak awal Juni lalu, saya mengalami masa senewen-pasrah-bingung-pasrah-senewen yang bergelombang. Ya gitulah, namanya juga lagi ngurus proses akan tinggal lama di negara lain. Tapi kalau mengamati bagaimana kawan seangkatan nanti pada mengalami masa bingung dan senewen ini, mungkin saya relatif lebih kalem. Kayaknya sih karena sudah pernah mengalami masa galau waktu mengurus proses pindah ke dan kembali dari Thailand beberapa tahun lalu.
Secara umum kegalauan kami dapat dikategorikan dalam beberapa kelompok ini:
1. Visa masuk dan izin tinggal sementara di Belanda (MVV: Machtiging tot Voorlopig Verbleijf)
Di sekolah kami, semua proses diinisiasi dari Uni dan kami dilarang mengurus sendiri. Ada jalur khusus yang sudah disepakati oleh Uni dengan pihak imigrasi dan mengurus sendiri akan mengacaukan alur yang sudah ada. Masalahnya adalah dari sejak kami masukin segala dokumen yang disyaratkan, informasi lanjutan dari Uni sangat minim sekali. Minggu lalu ada kabar kawan Colombia udah dapet persetujuan MVV tapi janji temu di kedutaan dia penuh jaya. Baru dapat jadwal tanggal 22 Agustus, proses bakalan 2 minggu, tapi tiketnya udah issued tanggal 3 September. Jadilah pada gelisah karena buta sampai di mana proses telah berlangsung dan ada perbaikan apa yang harus dibuat agar proses menjadi lebih cepat. Yak, kami memang rempong! :))
2. Tempat tinggal
Kami wajib tinggal di Student House setidaknya selama 12 bulan. Malah beasiswa saya mensyaratkan sepanjang 16 bulan itu saya terikat dengan kontrak tinggal di sana. Nggak bisa pindah bok.. Makanya kami banyak nanya-nanya gimana kondisi masing-masing bangunan sehingga bisa milih yang terbaik. Sayangnya tanggapan dari kakak-kakak kelas juga tersendat-sendat. Mungkin mereka sibuk ya nek...
Banyak anak-anak yang udah saya tahu pada milih tinggal di gedung yang jaraknya 5 menit jalan kaki ke kampus. Saya sih milih yang agak jauhan: 20 menit gowes atau 10 menit naik bus. Potensial telat dan nyasar? Pastinya!! Tapi saya pikir mungkin lebih baik jauh dari kampus supaya teman-teman saya lebih bervariasi dari berbagai negara. Pun tempat yang saya pilih sih deket sama pantai. Mudah-mudahan berasa di kampung halaman :p
3. Siapa yang memandu kami dari Schipol ke Den Haag
Tanggal 3 September nanti kami akan mendarat jam 8 malam di Amsterdam. Itung-itung imigrasi, bagasi, dsb maka kami akan keluarg pada pukul 9 malam lebih gitu. Lalu bakat drama kami mulai timbul bahwa nanti akan nyasar2 sampe ke ujung Belanda yang entah di mana. Padahal kami akan ber-10 setidaknya yang berangkat bareng, masak nggak ada yang bisa omong Inggris cari tahu jalan. Memang dramak hahahaha...
Ya begitulah kekancrutan saya sejauh ini. Yang major cuma 3, tapi yang lainnya kalau buat saya pribadi ada tambahan 2: ngurus pindahan barang-barang dari rumah yang sekarang, dan yang kedua adalah mengurus penyelesaian pekerjaan yang masih 2 biji ini. Saya sudah kibarkan bendera putih untuk pekerjaan kedua, semata tak sanggup atur waktunya mondar-mandir bangung-jakarta selama kursus akulturasi.
Wish me luck!
XOXO,
Nana
Secara umum kegalauan kami dapat dikategorikan dalam beberapa kelompok ini:
1. Visa masuk dan izin tinggal sementara di Belanda (MVV: Machtiging tot Voorlopig Verbleijf)
Di sekolah kami, semua proses diinisiasi dari Uni dan kami dilarang mengurus sendiri. Ada jalur khusus yang sudah disepakati oleh Uni dengan pihak imigrasi dan mengurus sendiri akan mengacaukan alur yang sudah ada. Masalahnya adalah dari sejak kami masukin segala dokumen yang disyaratkan, informasi lanjutan dari Uni sangat minim sekali. Minggu lalu ada kabar kawan Colombia udah dapet persetujuan MVV tapi janji temu di kedutaan dia penuh jaya. Baru dapat jadwal tanggal 22 Agustus, proses bakalan 2 minggu, tapi tiketnya udah issued tanggal 3 September. Jadilah pada gelisah karena buta sampai di mana proses telah berlangsung dan ada perbaikan apa yang harus dibuat agar proses menjadi lebih cepat. Yak, kami memang rempong! :))
2. Tempat tinggal
Kami wajib tinggal di Student House setidaknya selama 12 bulan. Malah beasiswa saya mensyaratkan sepanjang 16 bulan itu saya terikat dengan kontrak tinggal di sana. Nggak bisa pindah bok.. Makanya kami banyak nanya-nanya gimana kondisi masing-masing bangunan sehingga bisa milih yang terbaik. Sayangnya tanggapan dari kakak-kakak kelas juga tersendat-sendat. Mungkin mereka sibuk ya nek...
Banyak anak-anak yang udah saya tahu pada milih tinggal di gedung yang jaraknya 5 menit jalan kaki ke kampus. Saya sih milih yang agak jauhan: 20 menit gowes atau 10 menit naik bus. Potensial telat dan nyasar? Pastinya!! Tapi saya pikir mungkin lebih baik jauh dari kampus supaya teman-teman saya lebih bervariasi dari berbagai negara. Pun tempat yang saya pilih sih deket sama pantai. Mudah-mudahan berasa di kampung halaman :p
3. Siapa yang memandu kami dari Schipol ke Den Haag
Tanggal 3 September nanti kami akan mendarat jam 8 malam di Amsterdam. Itung-itung imigrasi, bagasi, dsb maka kami akan keluarg pada pukul 9 malam lebih gitu. Lalu bakat drama kami mulai timbul bahwa nanti akan nyasar2 sampe ke ujung Belanda yang entah di mana. Padahal kami akan ber-10 setidaknya yang berangkat bareng, masak nggak ada yang bisa omong Inggris cari tahu jalan. Memang dramak hahahaha...
Ya begitulah kekancrutan saya sejauh ini. Yang major cuma 3, tapi yang lainnya kalau buat saya pribadi ada tambahan 2: ngurus pindahan barang-barang dari rumah yang sekarang, dan yang kedua adalah mengurus penyelesaian pekerjaan yang masih 2 biji ini. Saya sudah kibarkan bendera putih untuk pekerjaan kedua, semata tak sanggup atur waktunya mondar-mandir bangung-jakarta selama kursus akulturasi.
Wish me luck!
XOXO,
Nana