Perasaan dan Harapan
Baiklah... Saya sudah melakukan banyak abuse kepada blog ini dengan menuliskan banyak hal sampah. But I don't care. Anyway this's my own blog and I created not to seek any attention from others. I just wanted to document my life and I still want to do it the same way in longer time.
Kalau bicara perasaan, sudah sangat lama sekali saya seperti hidup dalam roller coaster. Sebentar bahagia sebentar hancur berantakan. Oh well periode hancur berantakannya jauh lebih lama bertahan biasanya. Dan sekuat apapun saya berusaha untuk bertahan, ada banyak moments dimana saya harus betul-betul mengalami nerves breakdown. I wonder how I survived those moments, sangat mengherankan sampai dengan sekarang saya masih bisa menjalani rutinitas sehari-hari tanpa dilihat sebagai orang gila.
Saya hanya ingin bahagia yang sederhana saja. Rasanya sudah cukup saya mencekoki diri sendiri dengan harapan-harapan semu. Saya tahu harapan untuk saya amat sangat tipis, tapi entah mengapa saya masih berkeras hati memegang benang tipis bernama harapan itu. Entah apa yang membuat saya bertahan, entah apa yang saya inginkan.
Weekend kemaren dari obrolan dengan salah seorang teman dan timbul sebuah pemikiran, jangan-jangan saya memang senang menjalani hidup penuh drama dan tragedi. Cilakanya saya ketemu dengan orang yang bisa memanfaatkan kecenderungan itu, menarik ulur tali yang telah dia ikatkan ke hati, dan menikmati setiap moment saya kelabakan menjalani sakitnya. Sungguh sangat menyedihkan karena on day lights dunia melihat saya dan dia terlihat bahagia tapi kenyataannya setiap malam saya selalu menangis. Yeah..literally saya menangis setiap malam in the past months.
Saya hanya ingin menjalani hidup dengan seseorang yang memang available untuk saya saja. Eksklusif. Itu saja.
Kalau bicara perasaan, sudah sangat lama sekali saya seperti hidup dalam roller coaster. Sebentar bahagia sebentar hancur berantakan. Oh well periode hancur berantakannya jauh lebih lama bertahan biasanya. Dan sekuat apapun saya berusaha untuk bertahan, ada banyak moments dimana saya harus betul-betul mengalami nerves breakdown. I wonder how I survived those moments, sangat mengherankan sampai dengan sekarang saya masih bisa menjalani rutinitas sehari-hari tanpa dilihat sebagai orang gila.
Saya hanya ingin bahagia yang sederhana saja. Rasanya sudah cukup saya mencekoki diri sendiri dengan harapan-harapan semu. Saya tahu harapan untuk saya amat sangat tipis, tapi entah mengapa saya masih berkeras hati memegang benang tipis bernama harapan itu. Entah apa yang membuat saya bertahan, entah apa yang saya inginkan.
Weekend kemaren dari obrolan dengan salah seorang teman dan timbul sebuah pemikiran, jangan-jangan saya memang senang menjalani hidup penuh drama dan tragedi. Cilakanya saya ketemu dengan orang yang bisa memanfaatkan kecenderungan itu, menarik ulur tali yang telah dia ikatkan ke hati, dan menikmati setiap moment saya kelabakan menjalani sakitnya. Sungguh sangat menyedihkan karena on day lights dunia melihat saya dan dia terlihat bahagia tapi kenyataannya setiap malam saya selalu menangis. Yeah..literally saya menangis setiap malam in the past months.
Saya hanya ingin menjalani hidup dengan seseorang yang memang available untuk saya saja. Eksklusif. Itu saja.