Untuk Eva Yeung Dan Relawan-relawan Lain
Kamis pagi kami mendapatkan kabar yang mengejutkan, karena salah seorang rekan relawan dari IFRC (International Federation of The Red Cross and red Crescent) tertembak dalam perjalanan dari Lamno ke Banda Aceh setelah melakukan distribusi peralatan sanitasi dan kesehatan sekitar pukul 20.00 WIB.
Pihak TNI menyebutkan bahwa penembakan tersebut dilakukan oleh gerakan separatis yang akhir-akhir ini memang mulai aktif kembali.
Eva Yeung, nama relawan tersebut, berasal dari Hongkong dan sudah beberapa bulan bekerja di Banda Aceh dan sekitarnya. Terakhir kali kami berpapasan di kantor Dinas Kesehatan Prov. NAD pada saat aku mau menghadiri NGO coordination (health) dan dia sedang terburu-buru berangkat ke lapangan untuk distribusi. Tidak banyak yang kami bicarakan saat itu, hanya sekedar bertukar nama, senyum dan pembicaraan basa-basi tentang hal-hal nggak penting.
Oh ya, kami saling menyapa karena tertarik dengan logo organisasi yang tercetak di baju kami masing-masing.
Hmmm….jadi inget minggu kemarin aku juga ketemu sama sweeping GAM di daerah Bireun. Kami sih cepat dilepaskan dan nggak ditanya macem-macem karena mereka melihat logo organisasi dan nama Helen Keller International ditulis gede-gede di mobil.
Hmmm….padahal Eva juga sedang berada di dalam mobil IFRC pada saat kejadian itu. Secara mobil dia berwarna putih, pastinya akan tetep kelihatan dong lambang organisasinya walopun hari sudah cukup malam. Beda sama mobilku yang berwarna hitam. Mestinya kemungkinan dia untuk diserang lebih kecil daripada kalo pada saat itu aku yang melintas di sana.
Hmmm…jadi inget minggu kemaren dr. Celine dari MDM France cerita kalo baru-baru ini relawannya hilang selama beberapa hari di Krueng Sabe. Entahlah apa yang terjadi, karena sampai dengan saat ini tak satupun keterangan bisa diberikan oleh yang bersangkutan yang masih mengalami shock berat.
Hmmm….jadi inget suara panik di telepon pas maghrib waktu itu. Mega, field staffku di Aceh Utara, sekitar 3 minggu yang lalu bikin live report. Rasanya jantungku mau copot karena backsound-nya adalah suara tembakan-tembakan yang cukup keras.
Dan hari itu aku memutuskan untuk evakuasi mereka ke Bireun (nggak mending juga sih, lha wong abis itu di Bireun mulai sering kontak senjata lagi).
Hmmm….memang berat menjadi relawan disini. Posisiku mungkin agak enak karena sebagian besar kerjaanku adalah meeting, koordinasi, planning, setting, dsb.
Tapi keselamatan sekian ratus relawan yang bergabung di HKI adalah tanggung jawabku sepenuhnya. Dan itu sangat berat untuk diemban.
Mudah-mudahan semua kejadian tidak mengenakkan itu nggak pernah menyurutkan semangat kami bekerja di Aceh.
Untuk Eva, Celine, Dewi, Elham, Hindra, Robert, Ronald, Agnes, Icut, nutrition subgroup, dan semua relawan lain yang sedang bekerja disini, keep our spirit on!
Pihak TNI menyebutkan bahwa penembakan tersebut dilakukan oleh gerakan separatis yang akhir-akhir ini memang mulai aktif kembali.
Eva Yeung, nama relawan tersebut, berasal dari Hongkong dan sudah beberapa bulan bekerja di Banda Aceh dan sekitarnya. Terakhir kali kami berpapasan di kantor Dinas Kesehatan Prov. NAD pada saat aku mau menghadiri NGO coordination (health) dan dia sedang terburu-buru berangkat ke lapangan untuk distribusi. Tidak banyak yang kami bicarakan saat itu, hanya sekedar bertukar nama, senyum dan pembicaraan basa-basi tentang hal-hal nggak penting.
Oh ya, kami saling menyapa karena tertarik dengan logo organisasi yang tercetak di baju kami masing-masing.
Hmmm….jadi inget minggu kemarin aku juga ketemu sama sweeping GAM di daerah Bireun. Kami sih cepat dilepaskan dan nggak ditanya macem-macem karena mereka melihat logo organisasi dan nama Helen Keller International ditulis gede-gede di mobil.
Hmmm….padahal Eva juga sedang berada di dalam mobil IFRC pada saat kejadian itu. Secara mobil dia berwarna putih, pastinya akan tetep kelihatan dong lambang organisasinya walopun hari sudah cukup malam. Beda sama mobilku yang berwarna hitam. Mestinya kemungkinan dia untuk diserang lebih kecil daripada kalo pada saat itu aku yang melintas di sana.
Hmmm…jadi inget minggu kemaren dr. Celine dari MDM France cerita kalo baru-baru ini relawannya hilang selama beberapa hari di Krueng Sabe. Entahlah apa yang terjadi, karena sampai dengan saat ini tak satupun keterangan bisa diberikan oleh yang bersangkutan yang masih mengalami shock berat.
Hmmm….jadi inget suara panik di telepon pas maghrib waktu itu. Mega, field staffku di Aceh Utara, sekitar 3 minggu yang lalu bikin live report. Rasanya jantungku mau copot karena backsound-nya adalah suara tembakan-tembakan yang cukup keras.
Dan hari itu aku memutuskan untuk evakuasi mereka ke Bireun (nggak mending juga sih, lha wong abis itu di Bireun mulai sering kontak senjata lagi).
Hmmm….memang berat menjadi relawan disini. Posisiku mungkin agak enak karena sebagian besar kerjaanku adalah meeting, koordinasi, planning, setting, dsb.
Tapi keselamatan sekian ratus relawan yang bergabung di HKI adalah tanggung jawabku sepenuhnya. Dan itu sangat berat untuk diemban.
Mudah-mudahan semua kejadian tidak mengenakkan itu nggak pernah menyurutkan semangat kami bekerja di Aceh.
Untuk Eva, Celine, Dewi, Elham, Hindra, Robert, Ronald, Agnes, Icut, nutrition subgroup, dan semua relawan lain yang sedang bekerja disini, keep our spirit on!