Bukan sok, tapi tinggal di Jakarta sedikit membuat saya parno memakai angkutan umum. Pertama karena kualitas armadanya yang pasti akan berbanding lurus dengan kualitas layanan dan keamanan. Kedua karena kelakuan barbar awak angkutan umumnya. Ketiga ya karena memang aturan operasional angkutan umum itu tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya. Ato jangan-jangan memang nggak ada aturannya ya? Jangan-jangan saya cuma berasumsi bahwa mereka seharusnya cuma angkut dan turunin penumpang di halte.
Perbedaan tarif antara kopaja, metromini, mikrolet dengan taksi sungguh sangat jauh sekali. Rasanya nggak ada satu jenis angkutan umum yang ada di tengah2 tarifnya. Jadi ya kalo saya mau pakai kopaja dari rumah ke kantor maka total tarif adalah IDR 6,500. Sedangkan dengan taksi saya harus membayar minimal IDR 35,000. Saya pilih taksi karena mikir dulu nggak apa-apa deh bayar jauh lebih mahal daripada saya diperlakukan nggak manusiawi di kopaja.
Petualangan hidup di Bangkok, saya banyak sekali pakai angkutan umum. Ini adalah hal-hal yang saya suka tentang berkendaraan umum di sini:
1. Terencana (sepertinya)
Jadi skytrain dan MRT sebagai sistem angkutan massal yang paling mutakhir kalau diliat-liat memang dirancang untuk menjangkau 4 arah mata angin kota Bangkok. Sukhumvit line dan Silom line bersinggungan di Siam sehingga para penumpang bisa menggunakan keduanya dengan leluasa. Bus kotanya berbentuk besar seperti Mayasari Bhakti dengan kualitas kursi yang sebenernya kurang lebih sama aja. Tapi jarak antar kursi dan perawatannya jauh lebih baik. Bus-bus kota ini berfungsi sebagai feeder untuk skytrain dan MRT sehingga pelayanan menuju seluruh wilayah kota cukup baik terpenuhi.
Kalo mau pergi keluar kota dengan angkutan umum juga enak, ke utara pake bus ya naik dari Mo Chit kalo ke selatan ya dari Ekkamai. Ke selatan naik kereta ya dari Samsen kalo ke utara ya dari Hualamphong.
2. They deliver
Salut untuk walikota Bangkok periode 10 tahun ini yang benar-benar menerapkan prinsip walk the talk. Saya bicara tidak untuk 1 orang saja tapi beberapa periode dan orang yang berbeda. Mereka berjanji, membuat rencana, dan memenuhi janji itu. Saya tidak membahas bagaimana korupsi yang terjadi selama proses pembangunan mass transport system di kota ini, tapi paling tidak mereka benar-benar menepati deadline dari perencanaannya. Airport link selesai pada waktunya dan beroperasi saat ini. Perpanjangan jalur dari On Nut yang disebutkan di website akan selesai pada Agustus tahun ini disebutkan dengan jelas tanggal kapan akan diresmikan pemakaiannya. Beberapa waktu lalu saya melewati stasiun-stasiun baru itu dan mendapat kesan bahwa mereka sekarang sedang finishing touch.
3. Armadanya cukup
Belum pernah rasanya saya menunggu BTS lebih dari 5 menit. Mereka selalu datang tepat waktu. Eeerrrr operasinya BTS ini bukan mengandalkan sistem mesin komputer aja ya, karena in fact ada pak masinis mengendali kuda (besi) supaya baik jalannya *halah*. Saya pikir karena jumlah armada yang cukup inilah maka BTS dan MRT menjadi...
4. Bisa penuh pada jam sibuk tapi tetap beradab
No worries, kalau kereta sebelumnya terlalu penuh untuk dinaiki, tunggu aja 3 menit kemudian kereta berikutnya akan datang. Saya belum pernah mengalami berdempetan kayak sarden seperti di busway pernah terjadi di BTS. Ya penuh sih tapi kita tidakperlu sampe harus bener-bener kayak leupeut dibungkus daun pisang. Saya pikir kenyamanan penumpang ini juga dipengaruhi oleh...
5. Para penumpang yang beradab (atau cuek? atau aneh?)
Kalau satu penumpang busway berdiri dari duduknya pada saat jam sibuk, sering kali belum tegak dia berdiri kursinya sudah akan diduduki oleh penumpang lain yang semula berdiri. Ajaib banget kalo di sini! Jadi ya, mereka sangat patuh untuk memberikan prioritas kepada perempuan hamil (ato tampak gemuk), bawa anak dan orang tua. Kalo soal prioritas kepada monk sih nggak usah ditanya ya :) Kemudian setiap ada yang berdiri untuk turun, penumpang yang berdiri nggak ada yang ngelirik kursi itu. Si penumpang kemudian akan turun di stasiun tujuan tanpa diusik tempat duduk kosongnyah *kagum* Hal pertama yang dilakukan oleh penumpang lain adalah: scanning, ada nggak di gerbong itu yang akan mengambil tempat duduk kosong, ada nggak yang harus diprioritaskan. Biasanya mereka akan saling lirik sambil kursi kosong itu dibiarin aja beberapa detik. Nanti akan ada akhirnya yang ngambil tuh kursi sih, tapi memang butuh a while.
Yang unik lagi, saya kok ngeliat mereka lebih suka berdiri ya. Sering nih kereta kosong tempat duduk nganggur banyak banget tapi tuh orang-orang malah berdiri-diri aja. Mungkin mereka berfikir: 1). deket ini 2). baju gue bisa kucel kalo dipake duduk 3). berdiri di kereta itu keren :p
6. Sopir-sopir bus kota
Kalo mobil nggak pake AC sopirnya lebih ugal-ugalan juga berlaku di sini ehehehe... Yang beda adalah bus kota patuh hanya berhenti di haltenya (nggak setiap halte dia berhenti) dan penumpang juga patuh aja tuh nggak nunggu di tempat yang salah. Kalo mau ke Big C saya harus naik bus nomor 3 yang sialnya nggak berhenti di halte depan gedung jadi sayah harus jalan 1 halte lagi *sigh*
7. Tarif
Secara umum tarif angkutan umum di Bangkok lebih mahal daripada Jakarta. Menggunakan BTS dan MRT memang tidak murah kalau pake pembandingan dengan busway. Pergihanya 1 stasiun away saja tarifnya setara dengan IDR 6,000 bayangkan dengan naik busway dari Ragunan ke Kota yang jauhnya nujubile dan bertarif IDR 3,500 sajah. Tapi kita mendapatkan ketepatan waktu. On Nut - Aree is 25min, precisely padahal jauhnya minta ampun tuh. Mau lebih murah dan agak lambat pake bus kota, 6 Baht yang setara dengan kurang lebih IDR 1,800 saja. Mau nyaman dengan resiko harus menjelaskan dengan bahasa tarzan ya pake taksi saja, argo dimulai dari 35 baht (IDR 10,500). Atau mau coba naik ojeg? Tarif untuk jarak dekat dimulai dari 20 baht (IDR 6,000). Ngemeng-ngemeng tukang ojeg di sini wajib pisan pake rompi seragam :D
8. Less pollution (?)
Jadi angkutan umum di sini semua pake BBG. Itu taksi kalo dibuka bagasinya ada tabung gas gede ngabisin tempat. Berasa di dalam kompor tapi konon katanya BBG menghasilkan polusi lebih sedikit
Hmmm bukan bermaksud rasis tapi saya suka sebel kalo di gerbong kereta ada orang-orang dari timur tengah atau india. Pertama karena mereka hampir selalu always berombongan, kedua berisik,ketiga kelakuan berasa kayak penguasa jagad raya, keempat baunya ajaib *maap maap sumpah deh maap* Bulan-bulan ini adalah musim mereka liburan ke Thailand. Suka kesian deh liat native Thai yang sopan santun dan pendiam harus menahan diri dengan kelakuan pendatang seperti itu. Oh ya kadang suka malu juga karena kelakuan rekan senegara, karena seperti kebiasaan orang Endonesah, kagak mau masup ke dalam kereta alih-alih bergerombol di depan pintu masuk dan ngalangin orang mau keluar.
Demikianlah cerita tentang suka duka tinggal dan menaklukkan kerasnya transportasi umum di Bangkok dengan gaji ala Jakarta *haiss*
Labels: living abroad