<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d9640075\x26blogName\x3dthis+is+about+ME+and+me\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nanaworld.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nanaworld.blogspot.com/\x26vt\x3d-8684301165100716096', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe", messageHandlersFilter: gapi.iframes.CROSS_ORIGIN_IFRAMES_FILTER, messageHandlers: { 'blogger-ping': function() {} } }); } }); </script>

Wednesday, February 29, 2012

I (used to) dream about..

Leaving in reality is a must but hard as hell if you know what I mean.  Sometimes I prefer not to believe in reality coz it's harmless.  Of all I dreamed of, most of all I dream about us together, sunshine.  I know from the very beginning we are not qualified to be together given the fact of your circumstances.  But I refuse to stick to facts and let my heart controlling my life.  Even I can feel troubles and heartbroken, I blindly not listen to my inner self.

Do I have any regret about dreaming us together?  Even when I cannot stop tears from falling down, I have to admit that is the best thing I can dream about.   Nothing I wanna change from this beautiful 1 year with you.  There are many times I want to let myself down about us but I just cannot do it.  I guess old habit really die hard.

My mom is going all the way the holly land just to say her special prayer for me not to feel discouraged and be all alone and lonely.  That kills me.  And all I can do is to pray and pray hard asking God whether I can chose both of being realistic and keep my dream alive.  It has been quite a while since my last tears and I cannot help to cry again now.  I am not okay and feeling terribly sad and devastated but cannot scream for help.

Labels:

Tuesday, February 28, 2012

Menempuh Hidup Baru

Menurut saya ucapan selamat menempuh hidup baru itu seharusnya tidak eksklusif diberikan kepada orang yang habis mengucapkan janji pernikahan.  Bukannya hidup itu selalu dinamis?  Baik besar maupun kecil akan ada perubahan dalam hidup.  Dan bahkan perubahan biadang perubahan bisa membuat seseorang harus berputar haluan, membuka lembaran yang betul-betul baru sebagai individu dengan attitude yang baru.

Jadi ucapkanlah selamat menempuh hidup baru kepada saya.  Jangan lupa panjatkan doa semoga saya baik-baik saja :)

Labels:

Wednesday, February 22, 2012

Writer's Block

I ain't no writer so it's very make sense that I never have a writer block problem :))  But somehow I kinda understand the meaning of that sounds-sophisticated-condition.  Just because I have to finalize several documents but really cannot make any essential move.  And somehow I don't know the reason of this annoying situation.  I think I just have to accept it and wait until the lamp in my head has been turned on.  Screw the deadline, I really just cannot move forward.

Deep breath...inhale..exhale...ooommmmmmm....

Labels: ,

Friday, February 17, 2012

Follow The Path I Chose

I am a planner so it is naturally hard for me to go with the flow.  Even to practice one of most important Javanese beliefs the 'semeleh' thing is difficult :)  But once I made decision I count on my consistency to stick with it.  This time I chose hard way to continue life.  It's not the broken heart that I fear most, my biggest fear is for me to fall into pitying myself in the future.  It's hard so may the force be with me, amen...

Labels: ,

Tuesday, February 07, 2012

Menghitung Berkat Tuhan - Belajar Bersyukur

Teman saya si bocah bagus itu menuliskan tentang mengisi hidup dengan syukur.  Iya, dia bilangnya begitu.  Sebenernya inti tulisan dia itu adalah sesuatu yang sering banget digembar-gemborkan oleh rubrik perempuan di banyak majalah online dan cetak.  Tapi entah kenapa sekali ini cara dia menuliskan betul-betul menohok ulu hati saya :)

Ambil contoh kehidupan percintaan yang akhir-akhir ini menghabiskan hampir seluruh space di otak saya. Tidak semudah pada saat memutuskan untuk menjalani hidup bersama, ternyata saya harus berjuang habis-habisan untuk bisa bertahan bersama si pacar.  Ya gitulah, berdamai dengan perasaan bersalah kepada diri sendiri ditambah dengan ketidakjelasan sikap dia tentang mau dibawa kemana ini relationship.  Kan nggak mungkin seumur hidup saya bersedia menjadi selingkuhan.  Kalau mau berkonsentrasi dengan hal-hal itu sih mungkin saya sudah depresi berats dan akan merusak aspek2 hidup yang lain.  Tapi saya ingin mencoba melihat dengan perspektif menghitung berkat Tuhan.

Tuhan memberikan saya kesempatan untuk merasakan hal-hal yang seharusnya menjadi hak saya 20 tahun lalu.  Bertemu lagi dengan kamu, sunshine.  Hal-hal absurd yang biasanya hanya terjadi dalam sinetron itu betul-betul terjadi.  Seluruh isi paket perasaan cinta, cemburu, sedih, bahagia, putus asa itu akhirnya kami rasakan sebagai pasangan.  Dan kalau dipikir-pikir, jauh lebih banyak masa indah dan bahagia yang sudah kami jalani bersama.  Saya dan dia adalah dua orang yang hampir selalu berpijak di ground yang berbeda tetapi berbicara dengan bahasa yang sama.  Tidak terhitung argumentasi penting nggak penting yang telah kami lakukan yang karenanya saya menjadi lebih mengenal laki-laki itu dan membuat saya semakin mencinta.

Romantisme sehari-hari kami memang intensitasnya sudah sangat memudar sekarang ini.  Tapi kami pernah mengalaminya dan semua itu selalu muncul kembali dalam ingatan saya.  Pada saat dia belum terlalu sibuk dengan jadwal pekerjaan yang sekarang ini dan saya masih tinggal di Jakarta, saat-saat paling menyenangkan buat saya adalah melihat sebentuk kepala bunder yang tersenyum di luar pintu ruangan kerja di Hang Lekir setiap jam 8 malam atau lebih.  Ya, dia menempuh 2 jam perjalanan menyetir sendirian untuk menjemput pacarnya hampir setiap hari :)

Dan waktu-waktu weekend kami pun cukup berwarna dengan upaya-upaya untuk menyesuaikan diri.  Saya menemani dia berlatih sepak bola ataupun hanya sekedar menonton atau mengatur turnamen futsal.  Dan dia pun dengan rela hati menjemput di tempat saya biasa membatik atau mengantar saya belanja sepatu, atau hal-hal lain yang buat sebagian besar laki-laki adalah kegiatan konyol.  Dan duduk-duduk berdua membicarakan banyak hal, entah di warung kopi, sambil makan di pinggir jalan, atau hanya sekedar iseng semalam suntuk di Ancol pun dengan senang kami jalani.  Semuanya demi mencari kesesuaian dan keseimbangan berdua :)

Kedekatan itu menciptakan pemahaman yang indah dan menumbuhkan kepercayaan.  Bahwa pada saat sedang tidak bersama kami selalu yakin bahwa satu sama lain saling merindukan, ada di hati, dan tidak sabar untuk kembali bertemu.  Entah kemana semangat pengorbanan waktu dan energi itu sekarang pergi.  Sekarang kami hampir selalu mengutamakan hal-hal lain di atas upaya menguatkan kebersamaan.  Rasanya baru kemarin hidup berdua betul-betul terasa tanpa beban ya :)

Tapi apapun yang terjadi sekarang, pada saat saya melihat keseluruhannya, syukur kepada Tuhan yang memberikan kesepatan langka untuk kembali bersama tetap harus saya utamakan.  Tanpa campur tangan-Nya saya tentu tidak akan pernah bertemu kembali dengan laki-laki kecil berponi dahsyat (dulu) yang adalah cowok ranking pertama itu :)

Dan tentunya terima kasih atas satu tahun yang sangat indah ini, sunshine..  Kalaupun kita harus mengakhiri kebersamaan ini, tentunya kita bisa melakukannya dalam keadaan masih sangat saling mencintai ya sayang.  Kita tahu bahwa situasinya cukup sulit sekarang ini dan kita kan nyaris nggak bisa maju.  Jadi memang realistisnya kita harus berhenti.  Tidak akan mudah karena hati ini sudah terlanjur saya serahkan 20 tahun yang lalu kepadamu.  Tapi Tuhan kan selalu memberi berkat yang berlimpah kepada kita berdua, jadi kita harus yakin bahwa ada hal-hal baik yang akan terjadi setelah kita berdua melampaui fase ini.  Tetap optimis ya, karena bagaimanapun situasi kita di masa yang akan datang kita tahu hati kita tidak bisa dipisahkan lagi.  We're perfect for each other and we will still support each other for the rest of our life, loving each other in many different ways :)

Labels: , ,

Monday, February 06, 2012

continuing my life

Bagaimana hidup harus dijalani ketika saya memutuskan untuk kembali sendiri?  Setahu saya menjalani artinya menyelesaikan daftar pekerjaan nomor satu, kemudian nomor dua, kemudian nomor tiga, dan seterusnya.  Kemudian melangkahkan satu kaki di depan kaki lainnya secara bergantian dan seterusnya begitu.  Maka satu hari pasti akan selesai dan ada hari baru lagi yang akan datang dan harus saya jalani..dengan cara yang sama.  Begitulah melanjutkan hidup, ada atau tidak ada kamu.

Labels: , ,

Sunday, February 05, 2012

.................

..everything feel so right but yet I still have to let you go.  It's sad, it hurts, it crushed my heart into thousands pieces..but I have to be brave and just do whatever it takes to let you fly away.  there's no one like you..there's no one like you..there's no one like you, love..there's nothing like you and me.. 

Labels: , , ,

Saturday, February 04, 2012

Weekend Galau

And again it's a galau weekend.  There is not any significant proof that I am in a relationship, at all.  I think it is clear that he's not that much interested in my life (and myself off course) and yet I kinda hang on to this partnership.  Partnership I said?  Hmmm... I am trying hard to prevent the vanish of US while I don't think he has the same understanding about US.  So talking about continuation of US is a little bit of stupid topic to talk about.  Oh maybe... this is a relationship waiting to sink.

Labels: , ,

Wednesday, February 01, 2012

Sepatu, Tas, dan Kawan-kawannya

Jadi begitulah.. saya pulang ke Indonesia hanya membawa 1 buah koper besar yang ditaro di bagasi tanpa harus membayar kelebihan beratnya (jadi antara 20-25kg beratnya) dan 1 buah koper kabin yang beratnya kurang dari 7 kg.  Memang sih ada kardus kecil yang masih tertinggal di Bangkok, tapi itu pun isinya sepre dan buku-buku.  Jadi kesimpulannya adalah sayah bener2 kekurangan model cakeps selama 2,5 bulan ini *lebay*

Terobsesi untuk kembali mengisi lemari, sayah pun rajin pergi ke tempat-tempat jualan baju-baju murah misalnya ITC.  Beberapa barang basic saya dapet dari toko-toko brand lokal yang surprisingly kok saya suka (dulunya nggak banget ehek :p).  Maklum tuntutan perubahan gaya busana di tempat kerja baru membuat saya harus membuka mata dengan opsi tampilan yang agak rapihan dikit.

Urusan baju kelar nih ya.  Sekarang perabotan lainnya.  Saya memang suka sama sepatu, dan merasa bahwa jumlah pilihan sepatu koleksi saya sekarang ini tidak cukup mendukung variasi tampilan sehari-hari *halah*  Dalam 2,5 bulan saya sudah membeli 5 pasang sepatu dan 1 pasang sendal untuk mobilitas sehari-hari.  Belinya yang mursida ya nek, inget-inget budget soalnya.

Kita ambil contoh lain soal tas.  Pas balik ke Jakarta saya hanya punya satu tas yang layak dibawa ke kantor dan itu warnanya krem muda yang sudah menjadi agak tuaan karena buluk.  Selebihnya kagak ada lagi sini punya tas.  Akhirnya terpaksalah saya beli satu tas lagi.  Kali ini yang modelnya postman bag.  Warnanya coklat tua.  Tapi bukankah setiap wanita harus memiliki minimal 1 tas klasik untuk dipakai ke mana-mana???  Aduh aduh terpaksa bulan berikutnya sayah beli lagi satu tas basic warna hitam berukuran besar.  Syarat semua tas itu adalah memiliki kantong luar untuk tempat uang kecil, karena saya kan pemakai kendaraan umum.

Jadi intinya apa nih??  Bahwa menjadi perempuan (apalagi yang gengges kayak saya) itu rempong??  Ember cyiin...  Perlu banyak siasat untuk memastikan bahwa seluruh kebutuhan bisa didanai dengan budget yang ada.  Itulah sebabnya pilihan saya untuk selalu mencintai produk lokal betul-betul sangat membantu.

Begini ya, dengan membeli produk lokal maka mata rantai distribusinya bisa dibilang agak diperpendek yang menyebabkan harganya bisa turun.  Bayangkan saja dengan kualitas bahan sepatu yang jauh lebih bagus daripada Charles & Keith idola mbak-mabk kantoran itu, saya bisa mendapatkan harga yang lebih murah untuk sepasang UP.  Bahkan harga 1 pasang Charles & Keith bisa saya pakai untuk membeli 2 pasang Wondershoe.  Sepatu-sepatu fancy dari desaigner muda kita juga bisa 1/3 harga dari merk-merk kelas B yang ada di mall-mall terkemuka di kota anda.
Sepotong kemeja putih basic dari Nina Nikicio atau Kle masih jauh lebih murah daripada harga kemeja yang sama dari merk yang sangat diagungkan trendy edgy dan mahal yang hanya bisa didapatkan di mall-mall prestisius yang padahal di negara aslinya mereka ya sekelas retailer ala Matahari deh kalo di kita mah.

Most of all, bela-beli di designer muda Indonesia bisa dilakukan secara online.  Jadi saya nggak perlu lagi ngider di mall setiap 2-3 hari sekali yang mana akan menggembungkan budget transportasi dan makan-makan ina inu.  Hemat bukans???

Jadi dukunglah designer-designer Indonesia.  By designer maksud saya ya para kreator itu ya.  Kalau mampunya kayak saya ya pilihlah designer dan design yang sesuai budget yang ada.  Kalau mampu menjangkau Biyan atau Sebastian Gunawan ya pilihlah mereka.  Yakin deh kualitas mereka nggak kalah ciamiks dari designer luar yang jual sebuah kancut dengan harga 500rb itu (mungkin, mohon maaf yang satu ini dilandasi semangat heroik tanpa bukti empiris :p)

Mari kita cintai ploduk-ploduk endonesa... Yakinlah lama kelamaan kita akan merasa lebih bangga memakai tas cantiks dengan merk nggak terkenal daripada pake LV seri speedy tapi KW 54 *amin* dan cuekin aja kalo ada yang ngatain kamu merki.  Merdeka!! ehek :))

Labels: