<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d9640075\x26blogName\x3dthis+is+about+ME+and+me\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://nanaworld.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://nanaworld.blogspot.com/\x26vt\x3d-8684301165100716096', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe", messageHandlersFilter: gapi.iframes.CROSS_ORIGIN_IFRAMES_FILTER, messageHandlers: { 'blogger-ping': function() {} } }); } }); </script>

Thursday, September 29, 2011

On This Day

Ingatlah bahwa hari ini usia kita kembali berbeda, berarti aku harus kembali lebih menjaga sopan santun dan kepatuhan :))

Bon anniversaires mon pettite ami. I wish God grants what you need in life, not too much but just enough. If God wants us to come accross each other's life in this world, let's embrace it with no regrets.

Love,
Nana

Labels:

Wednesday, September 28, 2011

Quotes of the day - inner peace

Selama beberapa hari di Jakarta, waktu dianggurin sama si pacar, kegiatan utama saya adalah duduk-duduk di tempat yang dekat dengan perkantoran. Ngopi? Enggak, ngeteh karena jadwal ngopi adalah bersama Maripe :)

Ada hal menarik dari orang-orang yang ada di warung kopi pada selepas jam kantor. Mereka sibuk. Ya sibuk bekerja (ngadep leptop dengan khusyuk), sibuk berdiskusi (grup mas-mas berdasi dan mbak-mbak rok pensil duduk melingkar), sibuk berkoordinasi (tangan sibuk dengan blekberi sementara gadget lain sedang menempel di telinga), dan merancang strategi bisnis (wajah serius menatap ke depan, mulut mayun,tangan mengetuk-ngetuk ke lutut yang sedang bergoyang-goyang ritmis).

Kayaknya saya satu-satunya yang tenang-tenang santai di sana. Padahal saya yakin bukan saya aja yang sedang berstatus pengangguran :p

Semua orang (kecuali sayah) keliahatan seperti sedang 'high'. Mungkin efek extacy yang ditenggak semalem belum habis. Atau jangan-jangan mereka semua keracunan kafein. You know..kalo kebanyakan ngopi kan kadang-kadang kita suka aktif ketimpringan gak jelas ya. Bawaannya semangat gak ngantuk-ngantuk. Semua pengen diselesein secepatnya kayak nggak ada hari esok. Express.

Hmmm... pada suatu masa dimana sayah sedang mencari yang perlu dicari *tsah* saya pernah hadir dalam sebuah acara ngobrol tentang orang-orang bijak. Dan seorang romo mengutip sebuah ujaran yang tiba-tiba aja keinget hari ini, tentang menjalani hidup.

St. Francis de Sales pernah bilang: never be in a hurry, do everything quietly and in a calm spirit. Do not lose your inner peace for anything whatsoever even if your whole world seems upset (kira-kira begitu deh, maap kalo ada kata-kata yang ilang ato ketuker).

Jadi why so loud about what you do, think that you're so busy like there will be no tomorrow, feel like if you don't finish it by now the company will collapse, too anxious about result of a test and proposal has been submitted?

Mas dan mbak, chill out... *chincha laura mode on* Ah.. maybe I am just a person who doesn't fit with metropolitan life :)

Labels:

Tuesday, September 27, 2011

Berasa Topeng Monyet

Sedang mengalami kelelahan mental yang parah ternyata sangat mempengaruhi mood pergi bekerja. Setelah memaksa badan untuk bangun, mandi, sarapan dan mempersiapkan hal-hal lainnya maka tampilan saya hari ini adalah:
- Pake celana jeans dan ini masih hari Selasa which unlikely I did in the past
- Pake t-shirt item polos. Yak...ini hari berduka cita
- Pake scarf pendek batik coklat-item
- Pake tote bag warna-warni abu tua-krem-bronze
- Pake strap sandal (yak sayah pake sendal ke kantor) warna PINK!!!

Helloooooo sejak kapan color code coklat item dipasangin sama PINK!?!?!?!? Kayaknya cuma topeng monyet depan Ambas yang pake2 pink di sembarang tempat. Stralah...

Labels:

Monday, September 26, 2011

TERAPI

Alamat kontaknya ada di dalam daftar teman saya di bb tapi saya memang jarang sekali berkomunikasi sama orang satu ini. Oh well..saya sudah kenal dia jauh sebelum akhirnya takdir membuat kami tinggal di kota yang sama, dan dari dulu juga tahu bagaimana cara menghubungi dia, tapi ya memang nggak ada yang harus diomongin aja. Ehehe salah satu kelemahan memang susah ngobrol basa-basi. Maklum referensinya pilem holiwud yang mana basa-basi adalah membicarakan soal cuaca. Sejak kapan saya bisa lancar membicarakan cuaca? Daripada kagok mendingan diem bukan..:p

Anyway entah ada angin apa beberapa hari lalu kami bercakap lewat bbm. Yak, sarana komunikasi gratis itu :D Dan teman saya ini bercerita tentang 'GUNDAH'. Dia bilang tarolah kita kena kanker maka dokter akan menghilangkan sel kanker, be it sedikit ataupun sampe harus amputasi anggota badan. Hey kita bisa bed rest loh selama menjalani terapinya, istirahat gituh deh berhenti dari aktifitas. Tapi kemudian kita bisa melanjutkan hidup dengan sisa anggota badan yang ada. Lha kalo yang sakit itu hati trus gimana? Badan kan tetap harus hidup dan menjalani hari-hari ya...

Kalau buat dia, obat yang dia ambil untuk mengatasi efek sakit hati sambil menunggu sembuh (yang bisa bertahun atau bahkan seumur hidup itu) adalah: makan. Kalau masalah hatinya ringan ya dia nambah makan dalam porsi ringan. Kalau masalahnya berat ya makannya awur-awuran. Begitulah.

Entah mengapa setelah sekian lama kami kenal secara formal karena pekerjaan yang kadang2 diselingi hang out kecil nggak penting itu, si teman mengajak saya berbicara tentang topik yang sangat aneh ini. Ya nggak aneh kalo misalnya saya ngobrolin topik ini sama Mira ato Okti gitu. Lha ini sama makhluk antah berantah hehe.. Yang namanya ngobrol itu adalah dua arah ya, jadi terpaksalah saya membagi cerita juga dengan dia tentang kegiatan mengatasi gundah. Saya bilang kalau lagi gundah itu saya belanja. Dan dia ketawa2 mencela bahwa wanita dan belanja itu bukan stereotype tapi fakta :))

Lalu saya pikir-pikir lagi pagi ini, bener gak sih sebenernya bahwa saya mengatasi gundah dengan belanja? Kayaknya nggak sesederhana itu deh.
Rasanya nih ya... kalau kadar kegundahannya masih ringan biasanya saya butuh pergi ke shopping center. Liat-liat aja dan kemudian end up di toko buku, beli-beli, dan diakhiri dengan makan enak.
Kalau dalam kadar menengah baru deh saya beneran beli-beli benda yang sebenernya tidak akan pernah saya pakai. Pengakuan terbuka nih, waktu mau pindahan ke sini saya mendonasikan isi lemari kepada yang membutuhkan. Dan diantara benda-benda itu ada sejumlah benda yang tidak pernah sama sekali saya pakai. Beberapa sudah dicoba dan beberapa lagi masih punya price tag *sigh*
Kalau gundah dalam kadar berat dimana saya mencoba untuk menekan dan menyembunyikan, makan adalah pelarian saya. Sampai sebelum puasa tahun ini berat badan saya melonjak hampir 6kg and God knows what's the reason.

Gundah dalam keadaan berat itu kadang-kadang nggak bisa saya tahan untuk diri sendiri. Karena itulah saya butuh bercerita. Nah kan sekarang terjelaskan kepada dunia kenapa saya kadang hire professional expert untuk mendengarkan saya bercerita dan membantu saya berfikir. Because as an introvert by default, I cannot afford personal pressure by telling my problem to friends. Oh well of course I did verbal diarrhea to my closest circle, but for the deepest issue.. I let my shrink take care of those.

Oh my.. I sound like a complicated person (which I do and I don't care :p)

Labels:

Friday, September 16, 2011

Bunuh Diri

Barusan liat berita ada yang jatuh dari apartemen dan meninggal dunia dengan seketika. Teman saya berkomentar pasti sakit banget cara mati seperti itu. Kenapa nggak milih ngiris nadi aja trus berendam di bathup berisi air hangat. Kan lebih nyaman hehehehe..

Adakah sebuah cara memutuskan sendiri untuk mati yang nyaman? :D

Saya fikir bisa aja orang mati nggak karena sebab fisik tapi lebih ke psikis. Misalnya depresi berkepanjangan gitu. Ya ngak sih? Bayangkan kalo tokoh-tohok protagonis di sinetron itu ada beneran dalam kehidupan nyata, saya rasa satu atau dua sudah mati ngenes dari kapan tau.

Mati ngenes ala sinetron itu kan sebabnya dari faktor-faktor luar ya. Saya membayangkan seorang drama queen yang nggak berasa kalo dirinya drama queen. Dia akan terus-terusan merasa diri hina dina malang tak berujung bak putri yang ditukar, sepanjang masa. Orang kayak gitu sumber depresinya sih ada dari dalam ya. Nah, kira-kira kalo dia sampai mati karena ngenes depresi, masuk kategori bunuh diri nggak??

Maaf saya harus mempertanyakan hal yang mengganjal di kepala dan hati ini kepada ruang maya. Tidak untuk mencari jawaban, saya hanya butuh mengeluarkan saja :) Saya sedang butuh berkaca, apakah saat ini saya sedang melakukan tindakan bunuh diri. Ya, saya tau ada hal beracun yang sedang saya lakukan. Saya heran kenapa saya rela meracuni diri sendiri? Apakah orang-orang yang melakukan bunuh diri itu juga merasakan hal yang sama?

Racun itu membuat saya bimbang berkepanjangan. Tapi bahkan hanya untuk membicarakan untuk memutus rantai kebimbangan pun sungguh sangat sulit saya lakukan.

Hidup ini kadang-kadang memang memberi persoalan luar biasa ajaibnya untuk saya :)

Labels:

Tuesday, September 13, 2011

Ketika Hidup Belum Terlalu Rempong

Tadi agak pagian terpaksa jalan berpanasan ke Sency untuk bikin foto bakal apply visa. Karena ternyata eh ternyata sayah mulai ketularan si pacar yang menderita short memory lost akut. Perasaan waktu mau balik ke Jakarta sih itu poto2 manis udah dikantongin, 2 jenis malah. Ternyata yang bernuansa *cieh nuansa :D* resmi malah entah dimana. Tapi masih tenang deh karena ada yang mayan walopun pake kayak bandana gitu. Kemaren si foto bandana mah masih ada di saku tas. Dasar dudul kok tadi pagi begitu mau nyetor ke agent malahan nggak nemu itu foto. Mangkanya terpaksalah jalan ke Sency buat foto yang menghasilkan tambahan jalan lebih jauh ke Plasen karena si Fuji Image Sency ternyata udah tutup.

Eniwei... pulang dari poto2 manis sayah jalan sambil cembetut balik ke kantor. Bukaaan.. bukan karena kesel. Ini bibir sariawan berats nyong, susah beuneur mau dibuka dan ditutup dengan leluasa. Mangkanya muka keliatan manyun soalnya sekali lengket mau digerakinnya susah dan sakit.

Nah sambil manyun-manyun eh kok sayah ngeliat sepasang kekasih mahasiswa yang diduga kuat anak Mustopo. Ya eyalah Mustopo secara jalannya ke arah sono dan tampilannya tidak seperti Binus *paan sih :p*

Ngeliat mereka nih ya perasaan jadi iriiiiii banget. Lempang banget pacarannya ya bok. Aku suka kamu dan kamu suka aku yuk mari kita pacaran. Kalopun ada hambatan palingan sentilan dikit dari orang tua ato orang-orang yang pernah naksir2an ama kita tapi gak kita tanggepin.

Eh mengapa jadi iri?? Ya biarin aja. Namanya juga sedang menghadapi dilema dengan si pacar jadi memang sudah sewajarnya kalo rumput tetangga akan lebih hijau daripada rumput di halaman sendiri *sigh*

Saya kok jadi merindukan masa-masa hidup lempeng. Kalo suka sama seseorang itu cuma harus ngecek apakah yang disukai punya perasaan yang sama. Sekarang mah mana bisa saya begitu. Banyak bener indikator yang musti diliat. Nah semua indikator udah cocok dan klop eh masih harus ngecek momok terbesarnya: yakin tuh orang available buat kita?

Ahay nikmatnya menjadi dewasa :p

Seandainya saya memutuskan untuk kawin di umur 20an pasti sekarang saya sudah hidup damai sejahtera. Tapi saya akan kehilangan kesempatan untuk mengalami apa yang sedang saya alami sekarang ini.

Buat saya sih nggak ada yang lebih baik atau lebih susah karena semuanya mengandung resiko besar-nya masing-masing. Hanya saja memang sedikit tidak rempong itu akan lebih menyenangkan untuk dijalani.

Labels:

Saturday, September 10, 2011

Jungkir Balik Membuat Daftar

Apa yang sudah terjadi selama seminggu ini? Ah saya susah mengingat detailnya, karena rasanya kok semua campur aduk jadi satu nggak jelas rasanya apa. Yang jelas saya malas sekali mengingat bahwa visa masih ribet urusannya dan mungki butuh waktu lebih lama lagi sampe bisa dapet. Saya sih sudah kehilangan semangat untuk memastikan itu visa bisa dapet. Yah sekarang mah kalo dapet sukur..nggak dapet ya udah. Gitu aja.

Yang paling puyeng sekarang adalah mencoba merinci alasan apa saja yang bisa membuat saya harus kembali ke Bangkok. Coba mari kita telaah bersama *tsah*
1. Kontrakan masih jalan
Selain kalo saya menghilang itu deposit money-nya bakalan hilang (mayan 2 bulan sewa bok), barang-barang saya gimana nasibnya kalo sampe nggak balik? *brasa punya wardrobe seharga ratusan juta*

2. Rumah mungil saya cantik banget
Ya, saya suka cara Pi Ping menata rumah itu sampe ke semua pernak-pernik saya minta ditinggalin aja di rumah :) Saya suka duduk2 nonton TV tapi pintu kaca balkon dibuka supaya angin sore yang kadang-kadang segar bisa masuk ke dalam.

3. Disana saya punya kebebasan dan kemandirian
Yah sesusah-susahnya ngurus semuanya sendiri, tetep aja ada senengnya. Walopun ngepel itu sangat melelahkan sodara-sodara. Dan siapa bilang belanja bulanan dan mingguan itu menyenangkan? Begitu udah kelar pilah pilih dan tiba saat membayar di kasir, kalkulator di kepala saya langsung bekerja menghitung berapa sisa budget grocery shopping bulan ini. depresi tauk!! Maklum gaji-gaji sendiri dibelanjain sendiri. Mangkanya sayah longing untuk hidup bersama dengan my loved-one (baca: kawin) karena jumlah belanjaan untuk berdua itu nggak berbeda secara signifikan dengan sendiri. Jadi financial resources ada dua tapi pengeluaran satu lebih dikiiiit aja *kambuh ekonomis*

4. Tapi tapi tapi di sana saya bisa undang siapa aja ke rumah, jam berapapun kapanpun seenak udel. Kagak ada yang protes. Nggak bakalan ada tetangga yang rese nanya yang akan berujung kepada kunjungan dari Pak RT untuk menjelaskan peraturan tata krama sopan santun bertamu di lingkungan tempat tinggal.

5. Kalo nggak balik nanti siapa yang bakal urus tanemannya Justin?? Saya udah janji untuk memelihara warisan dia itu sih. Duh heran kenapa dia hobinya aneh yak, taneman aja gitu di balkon *sigh*

6. Tagihan true vision belom dibayar dan tagihan listrik akan jatuh tempo tanggal 18

7. Disana belanja-belanja baju bisa murah meriah

8. Lagian kalo saya terus tinggal di Jakarta harus bayar hotel aaarrrrggghhh...

Jadi memang mungkin walopun saya cinta mampus sama si pacar dan nggak mau tinggal jauh-jauh, untuk sementara waktu saya nggak ada pilihan lain. Duh sebuah dilema hidup maha penting yang harus saya hadapi nih *nangis*

Labels:

Sunday, September 04, 2011

Merenung

Pada saat saya disadarkan apa posisi saya di dalam hidup dia, saya tahu mana yang berhak saya lakukan dan mana yang tidak. Menyakitkan sekali rasanya ketika harus tetap merasa cemburu pada sesuatu yang tidak berhak saya cemburui. Siapa saya gitu loooh... Punya hak apa?

Labels: ,